AIR
DAN API
Oleh:
ALVAN.M.A
Cerita
ini menceritakan sebuah kehidupan dari sudut pandag terbalik akan kehidupan,
dikisah ini saya ingin menerapkan bahwasannya semuanya yang ada didunia ini ada
tujuannya dan tak datar seperti apa yang kita lihat.
Semoga
suka dengan ceritanya.
Air
2 tahun terakhir ini hubungan keluarga itu sudah tak
harmonis lagi, terutama ayah dengan anakanya. Bagaimana tidak, sang ayah
memaksa anak semata wayang yang bernama Burhan itu agar menikahi putri seorang
Kyai terkenal di Jawa Tengah. Namun yang lebih membuat perdebatan itu semakin
membara adalah lantaran sang Ayah yang begitu memaksanaya dan tak memikirkan
apa yang dirasakan anaknya.
Padahal Burhan sudah menuruti semua kata katanya
sedari kecil. Sewaktu lulus SD dipaksanya ia masuk pesantren, demi menyenangkan
hati Ayahnya yang bernama Mitro itu, Burhan menurutinya.
Sudah 10 tahun Burhan menjadi anak santri, bahkan
dia pernah dipilih menjadi pengurus di pesantrennya, namun apa daya, dia memang
mahir ilmu agama, namun hatinya, hatinya merasa dibelenggu oleh ribuan rantai
yang mencekam hidupnya selama ini.’’ Nak, bapak itu ingin kamu itu jadi ustadz,
bapak gak setuju kamu kuliah, nanti malah rusak kamu.’’ Sang ayah begitu
lantangnya mengucapkannya.’’ Saya capek ayah, selama ini saya sudah menuruti
apa yang ayah mau, bukankah kuliah juga sebagai seorang yang mencari ilmu. Saya
ingin menjadi pengembara ilmu’’ jawab pria itu dengan mantap.
‘’ tidak, Ayah tak setuju.’’ Bentak sang ayah pula.
‘’ Pak jangan marah terus pak, yang sabar.’’ Pinta
Ibu Burhan, ia membelai pnggung Ayah Burhan. Nafas Ayah Burhan begitu tersengal
sengal lantaran amarah yang begitu membara.
Namun kesabaran Burhan sudah cukup, ia sudah tak
tahan dengan paksaan dan kehendak yang seenaknya saja dilempar kepadanya oleh
ayahnya itu.’’ Baik ayah, jika kau tak mengizinkanku untuk kuiah, tak apa. Biar
saya keluar dari sini, capek saya bila semuanya kau larang.’’ Ucap Burhan
dengan tenang tenang sjaa. Tanpa membawa kopor, atau barang barang, ia segera
keluar dari rumah itu dengan hanya pakaian yang melekat pada dirinya itu, sudah
taka ada kata yang dapat terucap. Sudah habis semuanya lantaran keegoisan
masing masing. Padahal sudah begitu besar ia mengapdi dan menurut.
Api
Asap itu mengepul ngepul dari mulutnya, setia asap
yang masuk kedalam tubuh begitu dinikmati oleh wanita itu. Dia menikmati
indahnya surga dunia. Suasana Caffe saat itu tak terlalu ramai.
‘’ oh sayang, akhirnya kamu datang juga. Saya kira
nanti saya dating kesini, kamu bakalan gak dating dating. Tapi ternyata kamu
diluar dugaan, dating sebelum saya mendahuluinya.’’ Puji pria berusia 40 an
itu.
‘’ saya disini dagang, jadi gak boleh mengecewakan
pelanggan. Emangnya kamu gak takut kehabisan uang apa?’’ Tanya wanita itu
sembari menghisap punting rokoknya sekali lagi.
‘’ kenapa takut, saya orang kaya.’’ Jawab laki laki
tua itu dengan membanggakan dirinya.
‘’ terserah anda saja. Saya disini cuman dagang,
jadi uang ada barang dapat.’’ Wanita itu menggoyangkan rambutnya dan mulai
berdiri.’’ Gak usah banyak bacot, mending cepetan, biar prosesnya gak lama
lama.’’ Wanita itu menggerutu sembari mengangkat tasnya.
Dia adalah pelacur kelas atas yang selama ini hanya
mau menerima uang milyar. Farah namanya, andai saja dia sama dengan keluarganya
yang berasal dari keluarga baik baik, menjadi pelacur adalah pilihannya
sendiri. Bukan paksaan ataupun terpaksa lanataran krisis. Itulah cita citanya
selama ini. Entahalah mengapa ia ambil jalan ini dengan hati lapang. Namun
meski Farah seorang pelacur, kata katanya selalu pedas, dialah yang membuat
pelanggan pelanggannya menjadi taubat setelah berhubungan dengannya. Dialah
yang selama ini membakar hati pelanggannya untuk menjadi yang lebih baik, untuk
menjadi yang paling mencintai istri mereka.
Tak lama Farah dan pria itu sampailah didepan sebuah
hotel besar di Surabaya. Hotel itu bernama Heavent
Rest Hotel. Air mancur yang berpatungkan miniatur buaya dan hiu terpampang
indah nun elok ditengah tengah air mancur, dingin meniupkan suasana romantic
nun indah bagi dua insane itu.
Mereka segerai mengurusi Ceck in di hotel itu.’’ Ini
kuncinya.’’ Sang sekretaris memberikannya dengan ramah, baju batik putihnya
indah dan ketat dibagian pinggul, terlihat separuh belahan dadanya. Tak lama
kunci itu diserahkan dengan mudah saja kepada Farah, dan laki laki itu. Mereka
melanjutkan menuju kamar dan sampailah mereka berdua dalam kamar.
‘’ Farah, ayo dong buka baju kamu, buatlah saya
merangsang.’’ Pinta pria bangkotan itu, wajahnya penuh nafsu dan kegirangan.
‘’ apa kamu punya istri?’’ Tanya Farah, tubuh nya
yang tak tinggi namun montok, molek dan cantik bukan kepalang membuat suasana
yang ramntis itu menjadi sedikit gerah.
‘’ kok kamu nanya gitu ?’’ Pria itu menjawabnya
dengan heran. Tak biasanya Farah menanyakan hal tersebut.
‘’ jawab dulu pertanyaan saya.’’ Farah menggerutu,
matanya nanar memandangi pria itu.
‘’ iya, memangnya kenapa jikalau saya sudah punya
istri, saya udah bayar kamu mahal dimuka, puaskan saya dulu.’’ Pria itu sudah
tak tahan lagi, ia menarik Fraah keranjang begitu saja. Farah terjatuh dipelukannya.’’
Apa kamu mencintai istri kamu?’’ Tanya Farah dengan nada yang lembut menyeruak.
‘’ ya tentu saja. Tapi saya juga bosan dengan istri
saya.’’ Jawab pria itu, tangannya menggerayangi rambut Farah dan mencium
kelopak matanya yang indah dan harum aroma mawar putih.’’ Bosan? Apa dia juga
bosan denganmu? Saya tahu isteri kamu Huri, saya tahu.’’ Frah mencium bibir itu
dengan jijik dan wajah mengejek.
‘’ jangan sok tahu kamu. Kamu gak pernah kenal istri
saya.’’ Pria tua bernama Huri itu merasa tersinggung.
‘’ saya tidak sok tahu Huri. Dia wanita Salehah,
penyayang dan baik hati, setiap malam dia menunggumu pulang. Yang terbenak
difikirnya adalah kau sedang mencari nafkah untuknya dan anak anakmu, kau
sedang bersusah susah, karena itulah istrimu begitu ta, at kepadamu. Hatinya
rapuh bila kala seandainya ia tahu ruanya kau malah habiskan uangmu untuk tidur
dengan perempuan lain.’’ Farah terbangun dan terduduk diranjang sembari
membenarkan BH nya.
Huri terbangun pula, ia menggaruk kepalanya padahal tidak
gatal. Merasa heran dengan wanita yang ada disebelahnya ini.’’ Kamu ini apa
apaan sih, kamu ini pelacur, tak usah menceramai saya. Tugas kamu disini hanya
ingin membuat saya puas itu saja.’’ Huri mulai merasa tidak terima.
‘’ saya memang pelacur, saya sudah terlanjur hina
dina. Namun saya tak macam binatang, yang terlihat gagah berani namun tak malu
untuk melampiaskan seksualnya, tak kasihan dengan keluarga yang menunggu
dirumah. Memang beitulah laki laki, ia hanya merasa benar dan tak mau dipersalah
salahkan.’’ Farah menggerutu.
‘’ pedas sekali kata katamu itu Farah. Kau tega
mengatakannya padaku.’’ Huri merasa sedih lantaran Farah benar benar membuatnya
merasa menyesal atas perbuatannya.
‘’ kau bilang aku tega. Kau yang tega membohongi
anak dan istrimu yang baik itu, tak kau syukuri malah kau kufuri dengan
menghabiskan uangmu untuk berfoya, bernikmat duniawi. Apakah kau fikir semua
ini abadi?’’ Farah berpola lagi. Kali ini ia berdiri, namun Huri meraih
tangannya.’’ Saya merasa menyesal. Namun mengapa kau tega mengatakan itu padaku
Farah sayang? Kau hanyalah pelacur sudahlah jangan sok berceramah.’’ rupanya
Huri ingin mengelak agar cepat melanjutkan hubungan seksualnya dengan Farah.
Namun sekali lagi Farah menggerutu.
‘’ apa kau fikir dirimu sendiri bukan pelacur. Kau
tahu kau bahkan lebih hina dariku, kau melacurkan hartamu, waktumu, tubuhmu,
otakmu dan semuanya hanya untuk meraih duniawi dan kepuasan semata. Apa kau
fikir itu tak hina, kau biarkan istrimu menunggu dengan lapar lantaran takut
kau marah bila ia makan lebih dahulu dari padamu. Ia tak tidur lantaran takut
kau marah bila ia tidur lebih dahulu dari padamu.’’ Gerutu Farah, alisnya yang
terangkat membuat cantiknya semakin bergemerlap laksana lampu lampu kota yang
terpanmpang indah dari kejauhan.
Pria itu kini merenung, ia tahu benar istrinya yang
lugu, persis seperti apa yang diceritakan oleh Farah, tak bisa ia mengelak
bahwa semua yang dikatakn Farah itu benar adanya, ia tak dusta. Namun bagaimana
Farah dapat secerdas itu. Yah tak akan ada yang tahu, setiap ia memiliki janji
dengan pelanggannya, jauh jauh hari ia selalu menyelidiki asal usul dan siapa
pelanggannya itu. Begitulah caranya.
‘’ Ini uang kamu saya kembalikan.’’ Farah mengambil
amlop besar yang berisi 2 milyar. Ia memang merasa tak butuh uang. Begitulah
Farah, masa lalu hidupnya memang tak seindah sekarang. Teringatlah ia dimasa
kecilnya, diamana ibunya bunuh diri menabrakkan dii ke kereta api yang melintas
lanatarn perlakuan ayahnya yang kejam. Ayah Farah adalah peminum dan tukang
selingkuh, ia sering marah marah tak jelas. Farh menderita lantaran ibu tirinya
yang bersekongkol dengan ayah Farah untuk membuatnya menderita. Hingga akhirnya
Farah terusir dari rumahnya sendiri, semenjak itulah ia ingin menjadi seorang
pelacur. Tapi jangan harap menjadi pelacur seperti orang lain. Ia ingin menjadi
pelacur yang dapat membakar seperti api.
Air
Di berjalan dipinggir jalan raya, kemana dia akan
pergi selain kerumah orang tuanya. Tak tahu kemana, didompetnya hanya ada Rp
400 000 saja, mana cukup bila di buat makan sampai satu bulan.
Kini bukan hanya rumah yang ia tinggalkan, namun
kuliah yang ia idam idamkan pula tak terlaksana. Dia lapar, dilihatnya sebuah
warung. Tanpa berfikir panjang Burhan menuju warung kecil itu, tiba tiba saja
hujan datang dengan sambaran sambaran petir yang bergemuruh memecah malam.
Burhan begitu lahap memakan nasi dengan lauk ayam bali itu. Keringatnya terurai
dari dahinya.
Setelah kenyang dengan makan. Ia melanjutkan
perjalanan dan entah kemana. Kakinya terus melangka di trotoar, tak mengenal
tujuan. Ia harus mencari kerja, atau apalah untuk bertahan hidup. Gerimis masih
berjatuhan ditengah malam yang amat dingin. Namun entah kenapa Burhan begitu
menikmati rasa dingin aroma hujan, aroma aspal basah. Rasanya ia menemukan
kedamaian yang dicari dalam batinnya. Ia jadi teringat ibunya, ibu yang selalu
menjadi orang yang paling berarti, orang yang selalu ada ketika Burhan
mengalami sepi nun luka.
Seperti dulu, saat ia mondok ia pernah terkena
Ta,zir. ( hukuman dalam pesantren) ia masih 2 tahun di pondok. Menangis
lantaran tak betah tinggal disana. Ia akhirnya jadi sering pulang atau nginep
di kost kost an temannya. Atau kadang menginap di rumah temannya yang dekat
dengan sekolah namun jauh dari pondok. Sampai akhirnya ia ketahuan, Burhan
bukan orang yang pintar bicara jadi ia tak dapat mencari alas an. Ia harus
digundul dan dpukul dengan penjalin 3 kali. Sakit perih, malu beraduk menjadi
satu. Ia jadi tak mau keluar, bahkan saat kiriman berlangsung. Ia malu untuk
menemui kedua orang tuanya.
Namun kepada siapa hatinya bersandar jikalau bukan
kepada Ibunya tercinta. Ia menangis dan menceritakan semua keluh kesanya hanya
kepada ibunya. Kini semua itu telah pudar dan hilang. Jalanan semakin malam
semakin sepi saja, Burhan merasa ada yang kurang beres dengan ohon pisang yang
ada didepannya itu.
Rupanya semakin ia maju. Sosok laki laki berjaket
hitam dating, bukan hanya itu teman temanny juga dating membawa golok.’’
Serahkan uangmu.’’ Rupanya mereka adalah pejagal jalanan yang biasanya merampok
dan membunuh korbannya.
‘’ kenapa aku harus melakukannya.’’ Tanya Burhan
mudah saja.
‘’ karena, bila kau tak melakukannya kau akan mati.
Sekarang gak usah banyak bacot. Serahin dompet beserta ponsel.’’ Gerutu tiga
rampok itu. Burhan tiba tiba saja tersenyum, ia merasakan sesuatu. Sesuatu yang
sudah menemaninya semenjak ia berusia 4 tahun. Burhan memiliki indra keenam.
Sedari kecil ia dapat melihat fikiran orang orang, terutama kelemahan. Saat ia
mondok, disanalah ia diajari untuk mengendalikan kelebihan itu oleh Kyai nya.
Kyai yang dulunya mengira Burhan kesurupan, ternyata ia memiliki marifat,
memiliki kelebihan yang tak dapat dimilik. Burhan juga ikut TaekWondo waktu
semasa SMA. Jadi tak heran bila ia tersenyum dan tak takut.
‘’ mengapa saya harus takut mati. Cepat atau lambat
manusia pasti akan mati bukan?’’ Burhan menyeringai. Dia menatap nanar mata 3
rampok itu.’’ Udah bos sikat aja tu anak.’’ Suruh salah satu rampok yang
berkumis tebal dan berkepala botak.
Burhan masih teguh dengan posisinya yang tenang
tenang saja. Seranagn itu dating juga, namun dengan lihai kaki Burhan menjegal
perut salah satu rampok. Lalu rampok yang atunya mengangkat golok itu, hendak
memenggal leher Burhan.
Namun Burhan sama sekali tak cedera, ia dapat
menghindar dengan sedikit merendah dan menangkis. Golok itu menusuk perut
rampok itu. Dan kini mereka ketakutan.’’ Anjing.’’ Teriak salah satu rampok
karena rupanya Burhan telah membunuh salah satu kelompok dari mereka. Tanpa
berpikir panjang Burhan segera berlari, berlari secepat mungkin, memasuki
perkampungan kota dan memasuki lorong lorong. Kemudian dia berada di kota
Surabaya yang ramai. Disana udaranya panas. Jalan rayanya penuh dengan
kemacetan, Burhan mencari tempat dimana sekiranya dia akan tertidur. Kakinya kini
benar benar merasa kelelahan yang teramat sangat. Kepalanya juga pening,
pemandangannya langsung kabur dalam dinginnya malam.
Awalnya buram namun terus menerus pemandangannya
kini berganti menjadi gelap dan Burhan tak merasakan apa apa lagi.
…
Burhan merasakan angin panas menerka dirinya,
dirasakan jua debu debu yang berterbangan memasuki hidung dan mata. Sunggu
menyakitkan. Ia terbangun dan terkejut, melihat betapa luasnya. Yang dilihat
hanyalah gurun pasir yang tandus nun kering kerintang.
Kakinya semakin hangat lantaran panasnya pasir yang
berwarna kekuningan itu. Semakin ia jauh berjalan, ia melihat sesuatu. Ia
melihat seorang wanita dengan baju dan jilbab putih berdiri sendirian di padang
pasir, anginnya meniup niup. Burhan terheran dan semakin penasaran melihat
wanita itu.
Didekatinya wanita itu perlahan dan ternyata sungguh
tak tersangka, ia tak pernah menduga bahwa yan ia sentuh adalah sang cahaya
yang selalu menyinari kegelapan hatinya.’’ Ibu.’’ Panggilnya.’’ Burhan sampai
kapan kamu seperti ini.’’
‘’ sampai ayah tidak mendahulukan egonya Bu.’’
Jawabnya. Burhan merasa rindu sekali terhadap ibunya.’’ Pulanglah nak.’’ Suruh
ibu Burhan, wajahnya menggambarkan kesedihan penungguan yang amat dirasa.
…
Matanya terbuka dengan berat, kepalanya masih pening.
Pemandangannya buram namun perlahan mulai jernih. Dilihat sekelilingnya rupanya
ia tidak sedang berada di trotoar, namun sedang berada di ranjang. Apakah
Burhan sedang berada dirumah, ataukah ia pulang, ataukah ia bermimpi. Justru
tadilah ia bermimpi. Yang ini nyata adanya bahwa ia terbangun disebuah rumah
yang tak pernah ia kenal.’’ Dimana saya?’’ Tanya Burhan dengan wajah keheranan.
‘’ istirahatlah, kau terlalu lelah.’’ Jawab sebuah
suara. Dilhatnya dari mana suara itu, rupanya suara dibalik pintu. Itulah suara
perempuan dengan tubuh molek. Rambutnya digerai berwarna merah.
‘’ siapa anda?’’ Tanya Burhan dengan sopan.
‘’ tidak penting anda menanyakan hal itu. Lebih baik
anda beristirahat.’’ Jawab perempuan cantik itu. Wanita itu masuk kedalam dapur
dan mengambil sebuah nampan.’’ Makanlah dulu.’’ Pinta wanita itu, dia
memberikan nampan abu abu berisi sepiring roti tawar Slay kacang ijo dan minum
susu putih. ‘’ makanlah, kau butuh energy.’’ Saran wanita itu, usianya masih
mudah, selisih satu tahun dengan Burhan. Burhan menerima nampan itu dan
tentulah ia membaca Doa terlebih dahulu sebelum makan.
‘’ namamu siapa?’’ Tanya wanita itu.’’ Sebenarnya
aku ingin liat identitasmu di dompet, tapi aku tak mau lancang.’’ lanjut wanita
itu, rambutnya hitam kemeraahan dan bergelombang.
‘’ tidak apa, namaku Burhan.’’ Jawab Burhan, ia
meminum segelas susu sapi yang berisikan madu itu.
‘’ perkenalkan’’ wanita itu hendak memberikan tanagnnya.
Wajah cantiknya itu penuh percaya diri dengan senyum tulusnya. Namun sayang Burhan
sama sekali tak mengangkat tangannya, wanita itu sedikit mengkerutkan wajah
lantaran terheran.’’ Oh maaf, dalam islam wanita dan laki laki tidak boleh
bersentuhan.’’ Jawab Burhan karena tidak ingin wanita itu merasa tersinggung.
‘’ oh gak papa kok. Namaku Farah.’’ Wanita itu
memperkenalkan namanya. Ia tersenyum merasa senang dengan melihat wajah damai
Burhan.’’ Nama saya Burhan.’’ Jawab Burhan dengan membalas senyum.
‘’ jadi kamu muslim?’’ Tanya Farah dengan wajah
bertanya tanaya.
‘’ tentu saja. Saya seorang muslim, apakah anda non
muslim?’’ Burhan membalasnya dengan bertanya juga.
‘’ tak penting saya muslim atau non muslim, yang
jelas hidup ini ilihan, agama itu tujuan. Saya hanya percaya adanya tuhan
itupun cukup.’’ Jawab Farah dengan senyum yang melebar.
Rupanya Air dan Api telah bertemu dalam ketidak
sengajaan. Kini Burhan mulai berdiri lantaran merasa ada yang salah dengan
perkataan Farah.’’ Seharusnya anda tak mengatakan hal itu. Tuhan itu ada, Tuhan
itu dekat, karena itu kita sebagai manusia harus memilih jalan yang benar.
Seorang muslim.’’ Burhan sebagai lulusan santri merasa tak terima.
‘’ Muslim? Apakah bila seorang muslim harus selalu
terlihat alimnya, apakah bila seorang muslim harus terlihat bahwa ia beribadah,
fasih terdidik?’’ Farah menggerutu.
‘’ maksut anda bicara seperti itu apa?’’ Tanya
Burhan yang tersinggung sekaligus penasaran.
‘’ maksud saya. Jangan karena anda merasa beragama
berarti anda merasa paling benar. Hidup ini masalah, jangan anda persulit
dengan kebanggaan anda yang merasa seolah tuhan selalu berpihak pada anda.’’
Farah kini menggerutu.
Burhan malas untuk berdebat dengan wanita yang baru
dikenalnya ini. Iapun beridiri.’’ Maaf saya malas untuk berdebat, lebih baik
saya keluar saja untuk melanjutkan perjalanan.’’ Burhan menyeringai.
‘’ kemana anda akan pergi. Begitukah anda, pergi
disaat masalah belum selesai?’’ Farah kini lebih pedas lagi.
‘’ terimah kasih untuk semuanya. Maaf saya tak
sanggup membalas kebaikan anda.’’ Tanpa banyak jawaban. Burhan akhirnya pergi
juga dari rumah pelacur itu. Namun bukankah Burhan sama sekali tak tahu bahwa
ia adalah seorang pelacur. Buanah ia juga dapat membaca fikiran orang lain?
Burhan sendir sebenarnya heran, banyak orang yang
fikirannya mudah ditebak namun berbeda dengan Farah. Wanita yang baru
dikenalnya itu sama sekali tak menunjukkan telepati apa apa dari otaknya.
Memang begitulah Air dan Api. Api tak dapat mengetahui rahasia air begitupun
sebaliknya. Burhan kini melanjutkan perjalanan.
Api
Farah merasa aneh akhir akhir ini, ia ta bergairah
untuk Clubinng, bahkan tawaran tawaran untuk nanti dan besok malam ditolaknya,
ia tak habis piker dengan pria yang baru ditolongnya itu, rasanya aneh saja.
Padahal ia baru kenal pagi tadi, malah perdebatan yang terjadi, membuatnya
frustasi.
Farah merasa dia tak ingin pria itu pergi, entah
kenapa Farah ingin mengetahui siapa pria aneh itu. Bagaiamana tidak, selama ini
dia adalah api yang membakar hati pelanggannya untuk lebih menghargai hidup dan
apa yang diberikan tuhan padanya, selama ini ia yang membakar jiwa setan pada
diri manusia yang berhubungan dengannya sehingga siapapun yang pernah
berhubungan dengannya entah kenapa selalu berubah 180 drajat.
Farah terduduk di emperan rumahnya dengan menghisap
rokoknya itu. Tak banyak satu rokok kecil dapat dihematnya karena rokok
bukanlah karena ia kecanduan. Namun karena ia suka melihat asap yang mengepul
dari mulutnya itu. Ia merasa asap jauh lebih bebas disbanding jiwa dan raganya.
Farah selam ini merasa bebas, namun hanya raganya saja. Ia selalu membakar hati
dan jiwa banyak orang. Namun mengapa jiwanya sendiri tak pernah dibakar oleh
hidayah? Itu karena ia beranggapan bahwasannya semua manusia itu sama, Tuhan
menciptakan manusia itu sama. Tak mengenal laki laki maupun perempuan, yang
membedakan hanyalah kewajiban dan haknya saja. Tak mungkin laki laki melakukan
hal hal yang dilakukan kodratnya perempuan. Begitupun sebaliknya. Melihat
Burhan rasanya mereka seperti pernah kenal saja ribuan tahun yang lalu.
Ini sungguh aneh bukan.
Kini Farah tak mau hanya terduduk dengan banyak
berfikir, seperti biasa. Ia langsung bertindak.
Farah segera berdiri dan mencari Burhan, hatinya
mengatakan bahwasannya ia harus mencari pria itu. Ada yang salah dengan dirinya
kali ini. Selama ini ia merasa ada sesuatu yang dicari dan ia tak tahu itu apa.
Namun ketika bertemu Burhan ia merasa inilah jawabnnya. Rasanya pertanyaan yang
mendekam didalam batinnya itu hilang setelah ia bertemu Burhan. Hujan terdengar
bergemuruh diluar. Sebuah bunyi ponsel juga berbunyi disaku jinsnya.’’ Halo.’’
Panggilnya.
Terdengar
suara seorang laki laki tua.’’ Saya ada job buat kamu.’’ Kata laki laki itu.
Untuk pertama kalinya Farah menolak jobnya itu.’’
Maaf saya lagi malas.’’ Jawab Farah dengan wajah merengut. Dilemparnya ponsel
itu kekasurnya. Farah terlihat begitu kebingungan dengan semua ini. Apinya
terlalu membara, ia butuh air untuk tetap membuat dirinya stabil.
Air
Burhan hanya berjalan, kini ia merasa bingung harus
kemana. Ia menyesal mengapa ia harus pergi dari rumah wanita itu, mengapa perdebatan
kecil itu harus terjadi. Burhan merasa seperti ada yang hilang, seperti dunia
ini hanya gelap gulita. Ia butuh suluhan sang api. Tujuannya yang dicari telah
dirasa ketemu. Namun begitu cepatnya menghilang.
Hujan yang kini mengguyur membasahkan sekujur
bajunya, berteduhlah pria itu disebuah os, terdapat beberapa pengamen banci
disana. Mereka terlihat enjoy dan menikmati hidup.’’ Bang sendiri Ejes.’’ Kata
si bencong berbulu mata kuning tebal.
‘’ ia soalnya hujan.’’ Gerutu Burhan yang sedikit
tidak nyaman melihat penampilan mereka. Cara mereka berbicara sangat membuatnya
geli. Burhan segera bergegas berdiri dan iapun meninggalkan pos itu dalam
hujan.
Tubunya basah kuyup, hari semakin sore saja.
Tubuhnya kedinginan hebat, ia dapat melihat orang orang yang berada didalam
mobil, mereka kebanyakan tak menghargai betapa indah hidup ini. Betapa ruginya
mereka yang hanya memandang hidup ini abu abu. Burhan berjalan teringat
sesuatu.’’ Burhan.’’ Tiba tiba sebuah tangan dingin menyentuhnya.
Sontak saja Burhan terkejut dan ia menoleh, seorang
gadis cantik dengan payung. Terdapat tanda lahir dilehernya.’’ Apa yang kau
lakukan?’’ Tanya gadis itu, dia adalah sahabat karib Burhan semenjak kecil.
Yayah namanya.
‘’ seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau
lakukan disini?’’ Burhan bertanya balik.’’ Aku mencari kamu. Ibumu meninggal.’’
Gadis itu membentak Burhan lantaran suaranya terkalahkan oleh hujan. Burhan
seketika syok tak menyangka, tangannya meraba dada dan ia merasa seperti pernah
mengalaminya, matanya segera berkaca kaca dibawah lebatnya hujan. Jantungnya
seakan terjatuh dan berhenti, perutnya sakit dan ia bergetar dalam dinginnya
hujan.
‘’ dimana Ibu sekarang?’’ tanaya Burhan yang matanya
telah berkaca kaca
‘’ dia masih dirumah, besok akan dikebumikan. Ibumu sakit
sakitan semenjak kau pergi dari rumah.’’ Yayah menyeringai. Hujan perlahan
mulai berhenti berganti hanya menjadi gerimis gerimis kecil. Pantas saja Burhan
pernah bermimpi bertemu ibunya, apakah ikatan batin mereka telah bertemu
sehingga Burhan merasakan kepergian Ibunya.’’ Pulanglah Burhan, Pulanglah.’’
Ajak Yayah dengan menitihkan air mata, Burhan ingin sekali pulang untuk melihat
ibunya terakhir kali, namun ia amat muak dengan ayahnya itu. Hatinya berperang
sangat hebat saat itu.’’ Maaf Yayah, aku tidak bisa.’’ Jawab Burhan dengan
suara yang parau. Bajunya basah kuyup.
‘’ mengapa?’’ yayah terheran, baru pertama ia
melihat manusia semacam itu.
‘’ pokonya aku tidak bisa.’’ Jawab Burhan dengan
sedikit bentakan. Hati Yayah yang rapuh itu terhentak dan air mata membasahi
pipi.
‘’ sekarang lebih baik kamu pulang. Kutitipkan
salamku kepada Ayah.’’ Sentak Buhan dengan meletakkan telapak tangannya di
dadanya yang basah kuyup.
‘’ bagaimana dengan Ibumu.’’ Yahyah masih tak
percaya.
‘’ semoga ia tenang disana.’’ Burhan menjawab dengan
sinis walau sejujurnya hatinya sangat hancur mendengar berita itu. Dalam hati
yang paling dalam ia amatlah terpukul mendengar berita itu.’’ Sepertinya aku
akan keluar dari Indonesia.’’
‘’ apa kamu gila?’’ Yayah merasa seolah tidak percaya,
mulutnya terperangah.
‘’ itu sudah keputusanku.’’ Burhan menjawab mudah
saja seperti tak ada apa apa.
‘’ Ibumu baru saja meninggal, sekarang kau akan
pergi dari negeri ini, untuk apa semua itu?’’ Yayah merasa tidak percaya dengan
jawaban yang terlontar dari mulut pria itu.
‘’ maafkan aku yayah.’’ Burhan sekali lagi
menyeringai dan ia segera pergi meninggalkan Yayah dengan payungnya itu. Yayah
sendirian dan menangis merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.
Langkahnya semakin jauh menembus kabut dalam kota, ia pergi tanpa pamit lagi.
Yayah masih menangis, matanya memerah sembab lantaran ucapan yang tak tersudu
diitik dan tak termakan diayam.’’ Maafkan aku yayah. Namun aku sudah telalu
lama makan hati berulam jantung. Biarlah luka ini kubawa pergi.’’ Ujar Burhan
dalam hati, ia biarkan kemejanya itu basah kuyup.
Api
Farah menyetir mobilnya yang elegan itu, sudah dua
hari lamanya ia tak pernah lagi menerima job. Hatinya tersentak untuk mencari
pria itu, bagaimanapun caranya Farah harus menemukan Burhan bagaimanapun
caranya, wajahnya penuh kebingungan disulut emosi.
‘’ Burhan dimanakah kau.’’ Tanya gadis itu dalam
hati? Ia kebingungan. Telephonennya berbunyi lagi. Kali ini ia mendapat
telephon dari seorang pria kaya raya, ia seorang pejabat. Uangnnya sangatlah
menggunung’’ halo.’’ Panggil Farah.
‘’ halo, saya ada job buat kamu? Malam ini hanya
menemani saya ke pantai saja untuk rilexasi.’’ Ujar pria dalam ponsel itu.
‘’ berani bayar berapa?’’ Tanya Farah sinis. Matanya
masih focus untuk menyetir mobil.
‘’ berapapun yang kamu mau.’’ Suara pria itu
menyombong.
‘’ yakin sanggup bayar. Gak takut rugi’’ Farah
menanyakan dengan serius.
‘’ saya sudah lihat foto kamu dan saya gak bakal
nyesel. Pokoknya hari jum at besok kamu akan ikut saya menuju hawai.’’ Pria
dalam ponsel itu semakin merasa tinggi.
‘’ hawai, jauh amat. Okelah. Tunggu tanggal
mainnya.’’ Farah semakin mempercepat mobilnya dan ia berfiir menemukan sebuah
petunjuk. Entah petunjuk apa itu, dalam batinnya ia berbicara bahwa harus
menerima job ini. Mobilpun semakin kencang lajunya memasuki tol.
TAMAT
BAGIAN SATU
HADIR
DALAM BENTUK TRILOGY
0 komentar:
Posting Komentar