Nukilan Lily Jasmine 2 : Sang Penjaga Gerbang
Nukilan dari Lily Jasmine 2 : Sang Penjaga Gerbang
Oleh :
ALVAN.M.A
BAB 1
HATI YANG MASIH SUCI
Kebenaran itu buta arahnya
Seperti semesta ini yang dipenuhi paradoks
Bila api membakar kesucian
Jangan salahkan sakit nian
Hancur melesat kedalam jiwa
Kau rampas semesta aku
Aku ialah kemurnian tanpa daya
kau jatuhkan mereka dari diri ini
hanya ada aku dan dia
hanya ada dia dan aku
jangan salahkan dendam bila sudah berkobar
jangan salahkan amarah jika pedang luluh lantak kasih
jiwaku sudah terkontaminasi oleh peluh kekejaman
kepedihan luka sulit sembuhnya
101 Tahun yang lalu
Gadis itu berlari didalam rimbunannya hutan, terdapat banyak pohon Bhodi dan Bringin, ya hutan dengan jumlah pohon semacam itu memang sering dianggap hutan yang angker bukan? Namun gadis itu sama sekali tak merasa ketakutan, dilihatnya disana terdapat beberapa Gendruwo dan Gerandong.
Gadis berambut hitam pekat dan mata ungu itu diam saja, usianya baru meginjak 11 tahun, ia sedari tadi mengelilingi DABUSS, berlari lari kecil menikmati keindahannya. Memang tidak seluruhnya dari DABUSS yang dijelajahi tetapi setidaknya ia bisa merasakan keindahan dan memenuhi keingin tahuannya yang terletak ditempat tempat luar Lembah NATES. Rasa ingin tahunya begitu membara, hatinya murni dan ia mencintai kedamaian, selama dijalan ia bahkan menyapa baik para Gerandong dan Gendruwo. Tinggalnya di sebuah lembah besar yang biasa disebut lembah NATES oleh bangsa DABUSS. Tak jarang juga gadis itu pergi kehutan manusia.
Ia selalu mengenakan jubah hitam yang panjangnya selutut dengan motif batik coklat dibagian roknya yang panjang. Ia suka petualangan, itu sendiri terbukti dari peri lakunya yang suka keluyuran untuk menuntaskan rasa penasaran. Senyumnya begitu natural. Bercahaya tanpa dipaksa. Ia hendak kembali menuju rumah kayunya yang terletak dibawah Pohon Preh besar. Tanahnya subur penuh rumput yang hijau, pohonnya besar nun mengerikan. Gadis itu sudah terbiasa dengan itu. Namun itu hal yang biasa baginya, NATES sendiri memiliki seorang raja, dialah BARONG. Bermata singa dan berwajah srigala. Saat itu Perang di Dabuss memang sering terjadi tiada henti. NATES tentunya bersuasanakan angker bila dilihat dari segi fisiknya, lantaran disana begitu lebatnya pohon Beringin dan Pohon Bhodi. Keangkeran itu;ah yang membuat penghuni Lembah NATES merasakan damai, tidak terusik ataupun merasa was was merebutkan tanah. Beberapa orang disana mengabdi di beberapa kerajaan. Suasana kini semakin siang saja, gadis bernama Lyra itu berlarian dalam hutan. Rambutnya yang panjang dan bergelombang bergoyang goyang searah laju larinya. Matanya ungu laksana terong matang. Wajahnya menawan kejawen. Kulitnya kuning lansat dan halus. Tubuhnya mungil menggemaskan.
Jalan jalan setapak nun lebar itu diinjaki oleh beberapa makhluk makhluk yang biasanya dianggap menakutkan bagi manusia. Merekalah Gendruwo, Gerandong dan masih banyak lagi. Penduduk NATES begitu damainya. Kebanyakan jin atau siluman suka tinggal disana. Ya itulah mereka. Para penduduk NATES biasanya bertempat tinggal di rumah pohon, bukan di atas pohon tapi bersandar di batang pohon sebagai pilar. Namun untuk didalamnya tak kalah rapid an nyaman dengan kediaman manusia biasa. Makanana para penduduk NATES juga sama seperti halnya manusia, mereka makan nasi liwet dan Air Langit.
Satu Gendruwo melewati hutan, matanya merah menyala. Namun Lyra sama sekali tak merasa ancaman itu ada. Wajahnya penuh dengan senyum nun teduh.’’ Hai Pak WOWO.’’ Sapa Lyra, senyum mengembang dipipi tulus. Gendruwo yang tidak pernah senyum hanya membalas sapaan dengan mengangkat tangan kanannya, pertanda bahwa ia menjawab.
Lyra berhenti disebuah rumah besar yang tersusun dari Pohon Preh. Batang pohon menjadi pondasi sekaligus pilar’’Bu kulo sampun wangsul. Bu aku sudah pulang.’’ Panggilnya sambil mengetok pintu.
Dimasa itu kebanyakan mereka semua menggunakan bahasa jawa. Tetapi tidak semua, setiap wilayah mempunyai Bahasanya masing masing, bila terletak di jawa timur yaa menggunkan bahasa jawa, bila di jawa barat yaa menggunakan bahasa sunda, seperti itu seterusnya, karena Dabuss masih dekat dengan lingkungan manusia pada umumnya.
Pohon menari nari oleh semilir angin dan kicauan burung hantu.’’ Bu.’’ Panggilnya sekali lagi menambah nada. Pintu terkunci dari dalam. Kini Lyra sudah mulai merasa waswas. Ia melihat begitu sepi sekali rumah kayunya itu. Jantungnya berdegup kencang lantaran takutnya sudah menyayat hati perlahan, ia khawatir penghuni rumah sedang menuju Kediri untuk menemui kerabat.
Wajah cantiknya berkerut, tiba tiba saja seekor kelelawar datang, ia mengitari kepala indah nun anggun Lyra.tiba tiba saja kelelawar itu berbicara dengan gamblang.’’ Lyra dobrak yang keras pintunya, kau tahu NATES sedang dalam bahaya.’’ suruh Kelelawar itu dengan bahasa jawa, telinganya yang kecil bergerak pelan pelan.
‘’ bagaimana bisa? Kita sudah aman saja kan kalau disini?’’ Lyra merasa kebingungan.
‘’ Kerajaan COHYOPLACE akan datang kesini.’’ Si kelelawar mengulangi memberi tahu. Lyra membelai bulu kecil halus dari sang kelelawar. Seperti tidak takut atau ikut was was, mungkin ia masih tidak percaya.
‘’Tapi kurasa Negeri ini aman aman saja, kulihat banyaknya kedamaian disini.’’ Jawab Lyra polos. Ia berexpresi datar dikala melihat expresi kelelawar yang ketakutan dan nafasnya terengah engah itu. Tak lama Lyra terkaget oleh terbukanya pintu.’’ Lyra, oh cepat masuk Nduk .’’ suruh ibu Lyra.’’ Wonten nopo bu? Ada apa Bu?’’ Tanya Lyra, ia kebingungan, padahal tadi pagi rasanya aman aman saja. Awan kini semakin menggumpal menghitam, menunjukkan bahwasannya hujan akan turun. Padahal Dabuss tak pernah mengalami hujan sebelumnya ’’Suwon Keleleawar. Terimakasih kelelawar.’’ Ucap ibu Lyra kepada si kelelawar yang mengingatkan putrinya tercinta, wanita itu terlihat khawatir dan kacau pikirannya. Penduduk NATES biasanya memanggilnya Nyi Balkhis. Dia dikenal dengan sihirnya nun mampu merubah diri menjadi naga besar. Mata Bu Balkhis berwarna merah menyala, ia menggunakan kalung hitam berbentuk Kristal.
‘’ ada apa Bu?’’ Bingung Lyra.
‘’ cepat masuk nduk.’’ Nyi Balkhis yang menarik pergelangan putrinya untuk masuk kedalam rumah.
Lyra melaju perlahan memasuki rumahnya sederhana dan penuh kedamaian. Dipenuhi lilin lilin dan obor kecil.’’ Lyra, akhirnya kamu pulang jua.’’ Panggil ayahnya menggunakan bahasa Jawa. Kumis coklat ayahnya lebat sekali sampai lehernya tertutupi oleh kumisnya. Matanya berwarna ungu dan dia menjadi panglima di kerajaan COHYOPLACE. Itu juga alasan selama ini Lembah NATES masih aman tak pernah dijajah kerajaan atau daerah lain.
Lyra semakin bingung dan ketakutan ketika melihat kakaknya yang terduduk di kursi jati tampak tegang. Lyra mendekati kakak laki lakinya yang tampan dan bermata merah itu. Bara namanya, ia membisu dan mematung.’’ Ada apa cak?’’ tanya adik perempuanya yang bermata ungu itu.
‘’ kalian harus segera meninggalkan NATES.’’ Suruh Ayah Lyra dan Bara. Ayahnya biasa dipanggil dengan sebutan Rama. Namun kebanyakan orang orang memanggilnya Tuan Rama.’’Maksut ayah apa?’’ Lyra semakin kebingungan. Ia menolehkan wajahnya sekali lagi kekakaknya. ’’orang orang dari Kerajaan COHYOPLACE akan menuju kemari. mereka akan membantai penduduk sini.’’ Sergap Tuan Rama. Keringatnya mengalir disetiap pori pori kulitnya.’’ Tapi mengapa mereka hendak membantai kita.’’ Lyra bertanya lagi dengan keingin tahuan yang meletup letup. Selama ini ia tahu jikalau kerajaan COHYOPLACE memiliki Raja dan Ratu yang arif bijak sana. Mereka tidak pernah punya masalah dengan orang orang NATES.
‘’ masalah Itu kau tak perlu tahu,yang jelas. Kamu dan Cacakmu jangan pernah melupakan siapa dirimu, dari mana kau berasal.’’ Tuan Rama mendesis dan berbisik, membuat jantung Lyra yang suci dan lembut bergetar, perkataan Tuan Rama bukannya jelas malah semakin membingungkan Lyra dan kakaknya.’’ Mereka akan datang.’’ Seru Nyi Balkhis.
‘’ kita harus bersiap siap sebelum mereka benar benar membantai.’’ Lanjut Nyi Balkhis. Matanya berkaca kaca, terutama melihat kedua buah hatinya meratap ketidak tahuan.
Tuan Rama tiba tiba menunduk dan menyesuaikan tingginya dengan tinggi kedua anaknya. ’’Dengarkan ayah. Apapun yang terjadi, kalian jangan pernah melupakan siapa kalian, dari mana asal kalian, mengapa ini terjadi waktu yang akan memberi tahu. Waktu kita tidak banyak’’ Suruh sang ayah. Ia menyerahkan kalungnya yang terbuat dari batu rubi ungu dan memasangkannya dileher Lyra.’’ Dengan ini kau akan selalu ingat Ayah. Kau akan selalu ingat dan tahu mengapa kau seperti ini. Jangan sampai lepas dari lehermu apapun yang terjadi nak’’ Ucap sang ayah sembari mengecup kening putrinya yang cantik serta masih polos, dan bermata ungu itu. Gadis itu mewek dan pada matanya membentuk kaca bening menggumpal. Sekali kedip pecahla kaca air mata itu dan mengalir membasahi pipi.
‘’ Iya ayah.’’ Jawab Lyra gagap, air mata kemurnian hatinya mengalir deras pedih sekali. Ia kini mulai merasakan bahaya yang mendekat, meskipun Lyra tidak tahu apa konfliknya. Lyra masih kebingungan. Ibunya mendekati Lyra lalu membisiki putrinya.’’ Balas dendamkan kematian negeri ini.’’ Bisiknya mantab.
Bu Balkhis mengucapnya dengan penuh penghayatan nun ketulusan Ibu. Iapun mengucap mantra ditujukan pada kedua buah hati.’’ Dadde ayu seng tajem, Dadde seher seng kuat, Dadde sword seng matiken. ‘’ Mantra itu dilafalkan begitu fasih nun khusyuk. Bu Balkhis masih dapat menggunakan sihir karena ia dilahirkan keturunan siluman dan penyihir. Sementara Tuan Rama, ia juga berdarah campuran kaum peri dan manusia Dabuss.
Setelah selesai membaca mantra kepada putrid kecilnya Nyi Balkhis melafalkan mantra kepada anak putranya .’’Dadde ganteng seng tajem, Dadde seher seng kuat, Dadde sword seng matiken.’’ Lyra dan Bara merasa sesuatu yang aneh, asing dan misteri merasuk dalam setiap pori porinya, persendian dan lain sebagainya, ada bisikan misterius muncul terngiang ngiang berdenting denting. Sekarang Nyi Balkhis berdiri dan mendekati sang suami menggenggam lengannya.’’ Kita akan menemui mereka.’’ Seru Nyi Balkhis.
‘’ jagalah adikmu Bara.’’ Suruh Tuan Rama. Kini suasana ruangan itu serasa tiada lagi senyaman biasanya, pasukan dari kerajaan COHYOPLACE akan datang membantai. Ruangan itu laksana neraka yang akan membakar mereka kapan saja.
Nyi Balkhis melihat kearah jendela kecil miliknya, matanya mengintip dan dilihatlah bahwasannya disana banyak sekali pasukan dari kerajaan COHYOPLACE sudah berkerumun didepan. Jendral mereka yang bermata hijau disana sudah berdiri dengan kuda. Dialah Tuan Zoya, usianya masih sekitar 29 tahun dan dia masih belum menikah saat itu, ia datang menjalankan tugas dari kerajaan COHYOPLACE
‘’ Keluarlah.’’ Teriaknya, suaranya penuh ketegasan.
‘’ saya dapat menjelaskan mengapa saya mengambil batu Rubi itu.’’ Teriak Tuan Rama dari balik jendela. Suasana semakin membara laksana panci yang dipanaskan sehingga airnya mendidih. Lyra dan Bara kini berada dipelukan Ibunya yang penuh kasih itu.’’ Lyra, jagalah kalung ini. Jangan biarkan siapapun mengambilnya, penuhi takdirmu. Kau akan menuju tempat kerabat kita dan kalung ini adalah peganganmu.’’ Nyi Balkhis memperingatkan putrinya agar tidak melakukan keslahan suatu kelak.
Selama ini Tuan Rama sanga kenal baik dengan Raja Fajamenggala. Raja Fajamenggala sendiri adalah suami dari Ratu Jasmine, COHYOPLACE masih dibawa pemerintahan Raja Fajamenggala, Tuan Rama salah satu Panglima kesayangan Raja Fajamenggala. Saat itu Ratu Jasmine masih Terlalu muda tak seperti suaminya yang usianya sudah dapat terhitung kapan jadwal kadaluarsanya.
Tuan Rama telah tak sengaja mengetahui bahwa Raja Fajamenggala mempunyai niatan merebut kekuasaan NATES dari raja Barong dengan memanfaatkan suatu benda. Ia haus kekuasaan, Dikala itu hampir berbagai kerajaan memiliki keserakaan atas kekuasaan yang begitu mengebu gebu tiada puasnya. Tetapi tidak ada yang menandingi keserakahan Raja Fajamenggala yang munafik seakan menjadi pahlawan didepan umum teteapi menjadi musuh dibelakang. Peperarngan untuk merebut wilayah sering di menangkan olehnya.
Raja Fajamenggala akan menguasai Negri NATES dengan kalung rubi ungunya. Rubi ungu memiliki ruh yang akan memberi kekuasaan pada siapapun memakainya, auranya lebih terpancar sehingga akan menundukkan hati siapapun secara halus. Hal ini sangat bertentangan, bagaimana tidak, kekuasaan didapatkan dari bantuan benda. Karena itu Tuan Rama mencurinya dan membawanya ke NATES agar rencana Raja Fajamenggala tidak terluluskan. Tuan Rama tahu jikalau Raja Fajamenggala menguasai hampir semua wilayah, maka tidak dapat dipungkiri jika ia akan memanfaatkan orang orang yang dikuasainya untuk menambah angkatan perang dan merebut wilayah lebih luas lagi dibawah pemerintahannya, Raja Fajamenggala sebenarnya orang yang egois, ujung ujungnya bila dia berkuasa semakin luas, perlahan dia akan berani semena mena’’ Bila kuserahkan kalung rubi itu apakah kalian bersediah menjamin bahwasannya kaum kami akan selamat. Aku melihat batu rubi itu akan dimanfaatkan Raja Fajamenggala untuk menguasai wilayah wilayah lain, termasuk wilayah ini dan aku tidak ingin akan jatuh korban untuk membantunya menguasai wilayah lain’’ Teriak Tuan Rama dari balik jendela ruang tamu.
‘’ Maling tidak akan pernah mau mengaku, Raja Fajamenggala adalah orang yang Arif bijaksana. Semua rakyat hidup dalam damai.’’ Jawab Tuan Zoya seraya membelah Rajanya.
‘’ kau buta.’’ Bentak Tuan Rama.
Tuan Zoya segera menunduk kepada pasukannya.’’ Rajamu telah tewas, dia tak dapat menyelamatkan negerimu ini. Jikalau Negeri ini dikuasai oleh Raja Fajamenggala, mungkin negeri ini akan lebih baik’’ Teriak Tuan Zoya dari halaman rumah.
’’ apa yang kau lakukan kepada Raja Barong?’’ Tanya Tuan Rama yang sudah begitunya merasa bahwa kematian sudah mendekat.
‘’ Ia memberontak, tidak mau menandatangani surat perjanjian dari COHYOPLACE agar mau bergabung daerah. Hal itu akan mencemarkan nama kerajaan lalu sebelum itu terjadi, maka Rajamu harus mati.’’ Jawab Tuan Zoya polos.
‘’ jadi kau sudah mengetahui yang sebenarnya?’’ Tuan Rama masih meneriaki dari jendela.
‘’ tentu aku tahu, kau adalah panglima kesayangan Raja Fajamenggala dan aku adalah Jendral kesayangan Raja Fajamenggala.’’ Jawab Tuan Zoya penuh merasa ketinggian.
Tak ada jawaban lagi dari Tuan Rama, ia tiba tiba mendekati kedua anaknya.’’ Kita telah dikepung, Lyra. Jagalah kalung itu, Bara jagalah adikmu baik baik.’’ Suruh sang ayah. Tuan Rama seketika mengecup kening kedua anaknya, matanya terpejam sedih. Ibu mereka juga melakukan hal yang sama. Perpisahan tangis karena kebahagiaan diambil secara rampas.’’ Bersiaplah dipintu belakang.’’ Tuan Rama membelai pipi tapi halus basah oleh air mata kedua anaknya itu.
Tuan Zoya menggenggam lengan Nyi Balkhis dan maju kedepan membuka pintu dan menutupkannya kembali, Tuan Rama membaca mantra. ’’ERIFMUSUH.’’ Erangnya kilatan cahaya ungu dari tangannya langsung memjatuhkan serta membubarkan beberapa pasukan dari kerajaan COHYOPLACE. Nyi Balkhis juga seketika berubah wujud menjadi seekor naga merah yang besar. Tuan Zoya amat terkejut melihat betapa menyeramkannya Naga jelmaan Nyi Balkhis. Naga yang marah akan lebih besar menghasilkan semburan api. Tuan Rama mengangkat pedangnya dan memulai menghempaskannya untuk bertempur. Kakinya sudah bersiap dengan kuda kuda. Tuan Zoya tak diam saja. Ia turun dari kudanya dan juga mengangkat pedangnya yang begitu kuat. Pedang saling berdenting Tebasan mereka berdua membuat suara besi yang gaduh sekali. Diatas masih gelap oleh awan pekat. Pasukan yang lain dari COHYOPLACE sibuk melawan Naga jelmaan Nyi Balkhis.
Sementara itu Bara memeluk adik perempuannya yang ketakutan itu. Nafasnya bergetar dan penuh rasa ngeri.’’ Suara apa itu?’’ Lyra bertanya dengan memeluk kakaknya. Tangannya bergetar dan berkeringat, ia sangat ketkutan mendengar kegaduhan desang desing pedang dan suara erangan naga yang marah’’ Pertempuran, kita harus lari lewat pintu belakang.’’ Bara mengingatkan, wajah mereka berdua penuh ketakutan.
Pintu belakang rumah segera dibuka dan cahaya luar masuk kedalam rumah menyilaukan mata, mereka telah membawa beberapa persediaan hidup seperti sekantong beras dan satu kendi air langit, Air langit adalah air hujan yang diberi ramuan khusus dan membuat peminumnya tidak merasa haus selama sehari dalam satu tetes air langit. Lyra dan Bara segera melangkahkan kakinya di belakang rumah. ‘’ mereka lari lewat pintu belakang.’’ Salah satu pasukan menunjuk ketika melihat Lyra dan Bara berusaha lari.
Sebelum yang lain mengikuti, dengan kejam Nyi Balkhis menggigit kaki pria itu lalu memakannya bulat bulat, tidak hanya itu ia terbang melintasi pohon besar dan merobohkannya, setelah itu yang tersisa langsung disembur api besar menjilat jilat.
Lyra dan Faris masih menoleh kebelakang tetapi masih berlari mereka memasuki hutan yang penuh pohon pohon preh dan Gendruwo atau Gerandong. Sayang, tempat itu tak dapat dibuat tempat sembunyi karena Gerandong dan Gendruwo sudah menyingkir ternyata sudah banyak kerusakan dihutan itu, Lembah NATES tidak sama lagi seperti dulu, sudah terlambat untuk melihat kondisi kedua orang tua mereka yang mungkin sudah meninggal. Kalaupun masih hidup maka bersyukurlah mereka.
Sementara itu Nyi Balkhis terus terbang mengelilingi pasukan COHYOPLACE dan menyemburkan apinya, apinya meluluh lantakkan apa saja, termasuk melelehkan baju zirah besi milik pasukan dari Tuan Zoya. Mereka banyak yang menjerit kerena terbakar. Namun salah satu pasukan bermata hitam memanah Nyi Balkhis dengan anak panah beracun yang mematikan. Anak panah itu pas mengenai leher Nyi Balkhis, tubuhnya yang besar melayang di atas pepohonan mengejang tak karuan, ia terjatuh diatas pepohonan Bodhi dan Beringin dan sayapnya terpelanting, ia terjatuh dan kembali lagi menjadi sosok aslinya, seorang Ibu yang akan meninggalkan kedua anaknya yang berhati murni. Tuan Rama terkejut melihat keadaan istrinya itu.
Pedang dan mantranya tidak begitu kuat, walau bagaimanpun Tuan Zoya masih dapat menggunakan beberapa sihir yang ditugaskan untuknya dari Ratu Jasmine.
‘’ serahkan rubi itu.’’ Paksa Tuan Zoya sembari menahan tekanan pedang. Tuan Rama teguh pada pendiriannya.’’ Tak akan.’’ Jawab penuh kemuakan, ia menangkis serangan berlari mendekati istrinya yang sekarat’’ Balkhis.’’ Panggil Tuan Rama parau, wajah khawatir dan ketakutan akan ditinggal mati tergmbar jelas diraut wajahnya yang tua itu. Hatinya hancur sudah.
Tuan Zoya bterdiam sejenak membiarkan pria tua itu melihat kematian istrinya dan memberinya kesempatan perpisahan. Terlalu lama ia menunggu, dari pada tidak mendapat hasil, karena Tuan Rama masih teguh tak member tahu keberadaan Rubi itu maka dengan halus bisikannya menyeringai’’ Bunuh dia.’’ Bisiknya kepada seorang panglima yang mengenakan Udeng khas Bali. Wajah panglima itu terlihat garang dengan kumisnya yang berwarna ungu itu, tangannya kekar menggenggam pedang gagahnya yang mencuat kilap sinar api yang masih membakar pohon pohon.
‘’ Balkhis, Balkhis.’’ Panggil Tuan Rama dengan memangku Nyi Balkhis di pahanya. Anak panah langsung dicabut dari leher Nyi Balkhis. Tuan Rama mencium kening dan bibir istrinya dikala kematian akan datang. Air matanya mengalir sedih sekali seperti hilangnya cahaya dan pengharapan.
‘’ lindungi Bara dan Lyra sampai titik darah penghabisan.’’ bisik Nyi Balkhis lemah meminta Tuan Rama berjanji, tangannya membelai pipi kanan Tuan Rama, nafasnya terdengan putus putus, warna matanya yang merah itu memudar dan tubuhnya lemah, tangannya dingin pucat semakin pasi.
‘’ Oh, kumohon kau bisa bertahan sayangku. Kita berjuang bersama sama’’ Paksa Tuan Rama bernada mengeram. Sang suami tak tega melihat darah yang mengucur dari leher Nyi Balkhis sangat segar dan deras. Ia memalingkan wajah sejenak karena tidak kuat melihat luka menganga.
‘’ Kumohon, kau bisa bertahan, kau wanita yang kuat.’’ Tuan Rama menyemangatinya dengan bisikan tepat pada telinga istrinya, tak ada jawaban lagi, istrinya kini diam saja menatap kosong tak bergerak lagi.
‘’Balkhis, Balkhis, oh cintaku, jangan tinggalkan aku sendiri. Jangan tinggalkan anak anakmu’’ Tuan Zoya tergugah hatinya, merasa tidak tegah melihat kejadian menyayat hati itu. Bila bisa jujur hatinya tidak kuat menyasikan Kedua insan yang sudah menjadi sosok orang tua itu meninggal salah satunya. Dan hal itu disebabkan oleh Tuan Zoya sendiri, ia melamun mengamati tangannya, ia merasa berdosa. Mulutnya hendak berkata untuk membiarkan Pria tua alias Tuan Rama itu tetap hidup namun sudah terlambat. Sang panglima bermata hitam menikam Tuan Rama dari belakang dengan keris sebelum diperintah. Tuan Rama seketika membelalak terkejut, rasanya amat dingin sekali, pandangannya berkunang kunag, inikah rasanya mati?. Namun sebelum rohnya terpisah dari jasadnya, ia terjatuh ditanah dan mengucapkan satu kalimat. Ia menggunakan telepati sihir yang akan diserahkan kepada kedua anaknya.’ Lebih tepatnya ia mewariskan seluruh sihir dan ilmu pengetahuannya kepada kedua anak mereka, sehingga mereka tak perlu lagi menghafal mantra mantra’ GAKISOMATI,DADDEKKUATSEHERANNAKK.’’
Seketika, tubuh pria tua itu tergeletak dengan air mata yang keluar menyamping dari matanya yang berwarnah ungu itu.
Di dalam hutan, Bara dan Lyra merasa ada sesuatu yang merasuki tubuh mereka.’’ Ada apa kak Bara?’’ Tanya Lyra polos tetapi sudah kelewat khawatir, takut mendngar berita buruk, kaki mereka berhenti sejenak. Alam menjadi perantara telepati mereka saat itu.
‘’ Orang tua kita telah tewas. Aku dapat merasakannya.’’ Tukas Bara tak tahan menahan sedih.
Hati gadis kecil itu hancur sudah, malang nian nasipnya ditinggal kedua orang tuanya menghadap sang pencipta. . Bara memeluk adik perempuannya itu dan juga ikut menitihkan linangan air mata. Keduanya terisak isak, tak bisa mengatur nafas menjerit, ketakutan dan tak bisa berhenti menangisi kekejaman itu. Kini mereka sudah tak punya siapa siapa, hanya yatim piatu. Bahagia itu dirampas oleh para penguasa penguasa. Namun kejadian itu tak akan pernah dapat dilupakan, kejadian yang menyayat hati Bara dan Lyra. Barah menatap langit membayangkan andai saja kedua orang tuanya ada.
Di depan Ruamh Tuan Rama dan Nyi Balkhis, Tuan Zoya masih menatap tajam kedua mayat sejoli itu. Ia memberikan perintah.’’ Kejar anak mereka sampai dapat, pasti batu rubi itu diberikan kepaada anaknya agar kita semua teralih perhatiannya, tidak mengepung bagian belakang.’’ Suruh Tuan Zoya tenang tenang saja.
Pasukannya yang masih tersisisa dan masih hidup memalaksanakan perintah itu, mereka menaiki kuda kuda, beberapa diantaranya tak menggunakan kuda tetapi berlari.
Didalam hutan, Lyra dan Bara merasakan firasat, ada perasaan muncul.’’ Kita musti lari skarang.’’ Bara mengingatkan.
‘’ tapi cak?’’ Lyra masih mengusap air mata, ia jadi bingung.
‘’ udah ayo.’’ Bara cepat cepat menggenggam pergelangan tangan Lyra dan menariknya. Mereka semakin jauh didalam hutan, suara hentakan kuda semakin keras menggema jejaknya di tanah. Bara tersengal sengal, ia mencari tempat aman.’’ Cak, aku capek, gak kuat.’’ Lyra mengeluh, mukanya sudah basah kuyup oleh kelelahan.
‘’ ayo.’’ Bara masih menarik lengan Lyra.
‘’ Cak, Cak. Tunggu. ‘’ Lyra menghentikan pelarian mereka berdua.
‘’ ada apa kita akan tertangkap, kamu ingat kalung itu harus kamu jaga.’’ Bara membentak tetapi bermaksud mengingatkan. Nafas mereka masih tersengal ngos ngosan tidak beraturan.
‘’ kita masuk Goa itu yaa.’’ Ajak Lyra terlihat bodoh.
‘’ kalau ada binatang buas gimana?’’ Bara melihat Goa itu ngeri sekali, gelap dan ada sisik besar, sepertinya itu adalah bekas Ular yang ganti kulit. Goa itu ditutupi daun daun rambat yang cukup lebat.
‘’ apa lagi disana ada kulit ular.’’ Bara melihatnya ngeri, wajahnya lebih terlihat khawatir. Seentara jejak jejak kuda semakin keras dari kejauhan. Bara menoleh kebelakang was was.
‘’ mereka sudah dekat Lyra.’’ Desak Bara kepanikan.
‘’ kita kudu cepat lari.’’ Lanjutnya.
‘’ Cak, sudah, percaya saja sama Lyra. Disana ada portal ke dunia manusia, dengan begitu kita bisa langsung menuju ke Kediri.’’ Bara turut terkejut melihat Lyra setahu itu, Lyra kini menggandeng lengan kakaknya menunjukkan bahwa rasa penasarannya dan rasa cinta akan petualangannya membuahkan hasil, ia jadi lebih mengetahui banyak tempat. Termasuk tempat yang sudah lama tak dilewati sekalipun. Dabuss memiliki portal dimana saja, kebanyakan di tempat tempat yang tidak terduga.
Sekarang Lyra yang menarik lengan kakaknya, kemudian ia berlari memasuki Goa hitam dan lembab itu. Didalam ,memang terdapat ular yang sedang tidur. Bara sudah merinding, bulu kuduknya ngeri melihat ulan seukuran pohon kelapa itu memejamkan mata, lidahnya masih tetap menjulur julur. Lyra menunjukkan lubang kecil setinggi kepala manusia dewasa.’’ Kita masuk sana yaa.’’ Lyra masih menarik lengan kakaknya.
‘’Ra, Ularnya.’’ Bara mengingatnya, wajahnya begidik pait bukan main. Lyra melotot dan menoleh melihat ular besar itu menutupi cahaya Goa dan mengahadap mereka. Itu sejenis ular Piton tetapi bermata merah darah. Bara menghela nafas pelan pelan, matanya melotot, jantungnya berdegup kencang.’’ Tenang Cak, Ularnya baik kok. Jangan dilihat matanya.’’ Lyra mengingatkan dengan bisikan.
Bara tidak bisa memalingkan mata merah menyalanya dari mata merah darah itu. Bulu kudunya berdiri semua, serasa ada yang meniup dari belakang leher’’ Ayo Cak.’’ Lyra langsung ebrlari memasuki lubang itu, Bara masih begidik disana. Melihati mata ular itu. Lyra sudah mengingatkan, kini Ular itu lebih terlihat siap menerkam. Lyra masuk lubang lagi menari kakaknya itu sampai terjatuh di lubang yang Lyra masuki tadi.
‘’ Cak, sudah Lyra bilang. Jangan dilihat matanya. Ularnya bisa marah, dikira Cak Bara ini nantang.’’ Lyra mengulangi peringatannya. Nadanya sedikit menghentak.
‘’ Maaf Ra, aku Ngeri tapi penasaran.’’ Jawab Bara jujur. Mata sembab mereka berubah menjadi mata yang semangat.
‘’ sekarang kita keluar dari Goa ini, diluar itu dunia manusia, kalau tidak salah, diluar itu adalah Gunung Arjuna.’’ Jelas Lyra, tangannya terangkat menunjuk arah luar.
‘’ kamu bilang Arjuna?’’ Bara terkaget mendengar kata itu.
‘’ Iya Cak, Gunung Arjuna.’’ Lyra mengulangi jawaban.
‘’ berarti kita dekat dengan Kediri.’’senyum yang tadi hilang karena duka sedikit bersinar kemabli karena mereka Tahu Tuhan selalu member harapan kepada makhluknya sekecil apapun. Saat itu masih tahun 1915. Indonesia masih dibawah pemerintahan belanda, tepat didepan Goa, mereka berdua melihat beberapa anak kecil usia 1 tahun dibawah mereka berjalan dengan teman temannya. Kini Lyra dan Bara mengarungi perjalanan jauh menuju Kediri, sepanjang berjalan mereka harus bersembunyi dari manusia, apa lagi kalau melihat orang orang besar berkulit putih. Lyra dan Bara sering tidak sengaja melihat bagaimana mereka memperbudak manusia, memnyambuki dan melakukan penyiksaan lainnya.
Hari demi hari mereka sudah aman hidup di Kediri, bersama saudara spupu. untuk saat ini hanya itu satu keluarga yang mereka punya. Kerabat dari bangsa Peri Air, mereka punya tempat tinggal yang tidak akan bisa dilihat manusia.
Setelah lamanya kejadian itu, Bertahun tahun mereka berdua berjalan dan hidup didunia manusia, Bara telah berjanji dalam hati bahwasannya ia akan membalas dendamkan ini.. Lyra terlalu kecil saat itu, ia dirawat disana sementara Bara, ia memutuskan berkelana entah kemana. Tidak ada yang bisa mencegahnya, entah dari mana juga dia punya keinginnan semacam itu. Hanya takdir yang dapat mengungkap tujuannya dikala itu.
What Doyo Think about This Opening of Lily Jasmine 2 : Sang Penjaga Gerbang....???
0 komentar:
Posting Komentar