Diantara
Mimpi
Oleh:
ALVAN.M.A
Cerita ini adalah Versi
pendek dari Buku Diantar Mimpi yang saya buat sendiri pada tahun 2012, seperti
kisah sebelumnya, kisah ini disajikan dengan sederhana dan panjang, namun
sekarang tersaji dalam edisi pendek dengan penceritaan yang lebih padat.
Sedikit ada perubahan dari kisah aslinya membuat cerita ini akan menampilkan
kisah cinta yang tidak biasa dari kisah sebelumnya.
Bila cinta itu ada,
mengapa datanganya harus terlambat. Bila kasih itu ada, mengapa dapat menyakiti
sukma. Aku tak pernah berfikir bagaimana akhir hayatku, aku tak pernah berfikir
apakah orang yang aku cintai itu akan mencintaiku.
Hanya cinta pada titik
tertentu yang dapat meleburkan ego, memang cinta itu penyakit yang mematikan
namun cinta itu tak salah, cinta itu laksana lautan yang dapat menenggelamkan
apa saja termasuk jasat dan batin. Cinta juga bak petir yang tiba tiba menyambar
Sudah lama
aku mencintainya. Bila bisa dihitung kukira dari sejak SMP, dimana saat aku
kelas 1 dan dia kelas 2. David namanya, itupun kudapat identitasnya secara
sembunyi – sembunyi. Aku bersyukur pernah dekat dengannya walau hanya sekedar
teman OSIS. Dikala dulu masih ingat diriku saat hendak naik flaying fox “Nur
pegangan yang kuat”, suruhnya.
Itulah
dimana aku mulai kagum akan dirinya. Begitulah cinta, sakit tetapi mengasyikkan,
datang laksana petir yang tanpa diketahui kedatangannya kemudian tiba tiba
menyambar. Dikala itu aku tak tahu namanya tapi akhirnya aku tahu juga. Teringat
kembali dibenakku saat kami melantik anak kelas 1 SMP yang sedang MOS. David
menyembunyikan bumbu mie instanku. Sebenarnya niatku adalah merebut bumbu itu
namun Tak sengaja kita jatuh berdua dan tiba – tiba mati lampu. Kami berdua
tertawa bersama, menertawakan kebodohan satu sama lain.
Tiada daya
diriku, jantungku laksana bom yang siap meletus, namun walau begitu aku terlalu
malu dan takut kalau dia tahu perasaanku. Sampai saat dia kelas 3 SMP dia
menjadi play boy kelas kakap. Bahkan dia dengan tega berpacaran dengan sahabat terbaikku, Maria namanya. Ingatlah
kini kejadian dikelas 8D, kejadian yang meremuk redamkan batinku yang rapuh itu
“Maria kamu kok kelihatan bahagia sekali
hari ini?”Tanyaku. “iya, saya memang sedang bahagia, oh wahai sahabatku,
tahukah kamu bahwa aku sedang berpacaran dengan David.” Kata Maria dengan
senyum yang lebar. Hatiku saat itu juga seakan berhenti,aku hanya tersenyum
didepannya, aku tidak ingin dia melihat teririsnya hatiku yang rapuh dan lunak.
Karena aku juga tahu satu hal “Lho
Maria, tak tahukah engkau, bahwa David itu play boy kelas kakap?”Tanyaku dengan
mengkerutkan wajah. Aku tak ingin sahabatku sakit nantinya.
“Apa apaan
sih kamu, jangan berfitnah akan diah didepanku?”Jawab Maria yang sedikit tiada terima. Emosi
diwajahnya meletup letup. Kata fitnah itu amat pedas sekali bagiku.
“Aku tak
dusta Maria” Sahutku.’’ Kau tidak punya bukti Nur, sudahlah tutup saja mulutmu,
dari pada kau berfitnah.’’ Bentaknya. Hatiku sakit lantaran pedang tak
bertulang dari sahabatku sendiri. Aku segera terbangun dari tempat duduk dan
menuju toilet, air mataku telah keluar begitu saja. Aku terduduk di keramik Toilet. Tanpa sengaja dadaku
terasa sakit, hingga aku terbatuk batuk. Kututup hidungku dan terkejut aku.
Kulihat ada darah dari hidungku karena batuk yang perih. Mungkin aku terlalu
terpukul atas kejadian ini.
Dari hari
itulah sifat Maria sedikit dingin kepadaku, aku dilemma. Maria adalah sahabatku
tapi aku tak mau dia disakiti oleh orang yang aku cintai. Dirumah aku hanya
terdiam, tak menyangka bahwa aku harus merenggang dengan sahabatku yang bernama
Maria itu. Kota Malang diguyur hujan, aku sering duduk sendirian didepan
jendela kamarku. Melihat rintikan hujan, orang tuaku dirasa mulai khawatir, aku
tak mau mereka berdua tahu akan masalahku. Disekolah aku duduk disebelah Maria,
kucoba untuk menyapanya “Maria?”Sapaku. Ia hanya tersenyum kecil tanpa sepatah
katapun.
Aku sering
menuju ke toilet hanya untuk menitihkan air mataku. Diruang OSIS aku terdiam
dengan menulis buku harianku. Menangis hati saya, laksana hujan yang tak
kunjung henti. Cintaku entah kemana sahabatku membeku didepanku. Aku tak mau
sahabatku lebih sedih dariku nantinya, tapi diriku pula tak mau menangis
didalam qolbu seperti ini.
Wahai David, tiada pernah hilang kau
dari hatiku, kau sudah laksana api yang terlanjur membakarku. Kau telah
membawaku kehutan cintamu lalu kau biarkan aku sendiri didalamnya, tiada tahu
keluarnya jalan. Oh Maria, juga mencintainya, namun apa daya diri ini.
“11 Maret
2008”
Baru kutulis
tanggalnya, sebuah tangan dingin menutup mataku “siapa?”Tanyaku. Ia tak
bersuara, namun dari sentuhan tangannya tentu tahulah aku siapa dia. Jantungku
berdetak kencang saat itu juga tubuhku gemetar dikala itu juga “David?”Tebakku.
“Kamu kok
tahu sih,nggak seru??” Ambeknya. Aku tersenyum kecil “siapa sih yang nggak
faham akan kamu?”Jawabku. ‘’hehe.’’ Tawa kecilnya, ia masih sempatnya bercanda
denganku. Ingin pula aku menyuruhnya untuk tidak menyakiti hati Maria. David
memang trpikel orang yang riang, tak sepertiku yang pendiam. Meski pendiam, aku
kadang juga humoris bila lagi Mood. Aku juga suka bercandda asal jangan
keterlaluan. David memang benar benar tampan, entah bagaimana Tuhan mengukir wajah
tampan itu.
Masa itu
adalah masa disaat kami masih berteman karena satu jadwal piket. Tiada daya
kepadanya, aku terlalu takut dia tahu akan rasa hatiku. Walau aku dekat
dengannya dan sedikit renggang dengan Maria. Namun aku bersyukur karena Davd
meski jadi play boy masihlah cinta kebanggaanku. Dia masih mau berteman
denganku. Karena tak tahan aku juga pernah renggang dengannya.
Dikala itu
aku pergi ke swalayan, David masih berstatus pacaran dengan Maria. Namun dengan
mesranya ia bersama wanita lain, bukankah dia pula pernah berjanji. Untuk
Maria, tak akan dia sakiti hatinya. Aku tak mau Maria menangis lebih sedih
karena ditikam dari belakang. Kajadian itu kuabadikan dengan ponselku. Aku
menyelinap di bagian kosmetik dan kupotret adegan mesrah mereka, keringat
dingin mengguyur leher belakangku. Penasaran, senang, sedih, kecewa, marah dan
cintaku beraduk menjadi satu.
Malam harinya
ibuku yang tadinya sibuk mengerjakan tugasnya tiba tiba bertanya “malam begini mau kemana?” Tanya
ibuku, aku mengenakan jaket abu abu yang panjangnya sepaha, Soal Ibuku ia
menjadi TU di SMP ku. Kadang ia menyelesaikan tugasnya dengan laptop milik
sekolah. Jadi dilaptop itulah aku dapat informasi seluruh siswa termasuk David
dan fotonya.
, apalah
daya diri saya ini. Aku memang sudah gila, David memang tampan, mempesona,
rambutnya jabrik dan tubuhnya tinggi. Padahal dulu waktu LDKS dimana aku awal kenal dia. Dia terlihat
culun namun tampan sempurna.Tak usah ku jawab lama – lama pertanyaan ibuku
“saya hendak kerumah Maria bu” Jawabku.
“tapi ini
sudah jam 8 malam” Sahut ibuku. Ia termenung sejenak didepan lemari “bukankah
rumah Maria dekat, Hanya dikomplek sebelah?” Jawabku. Kurasa ibuku mulai
tenang, ayahku sibuk mengurusi pekerjaannya karena ia seorang dosen seni budaya
“saya pamit bu?” Ucapku. Kucium pula tangannya.
Kugunakan
sepeda motor Mio milikku, tak lama kerumah Maria sesampainya aku didepan rumahnya kuketuk
pintunya, dibukalah pintu coklat itu“nur silahkan masuk!” Kata Maria. Kami
duduk disofa ruang tamu dengan 2 gelas kopi susu. Ibu Maria asyik menonton
sinetron Putri Yang Ditukar. Ayah
Maria sedang kerja ke Kalimantan.“Jadi gini Maria” ucapku untuk mengawali
percakapan ini “ada apa nur?”Penasarannya.
“Saya mohon
janganlah kamu lanjutkan hubunganmu dengan David!”Suruhku. Wajah Maria mulai
memerah disulut emosi, namun Maria berusaha menahan emosinya yang bisa pecah
kapan saja. Maria memejamkan mata dan bernafas pelan, aim alas membahas ini
emua.
“Nur tolong
jangan bahas itu lagi, aku lelah berdebat” Pinta Maria yang menggelengkan
kepalanya. Wajahnya amat lesu sekali.
“Masih tak
percayakah kau kepadaku Maria?Masih kau anggap aku ini dusta dimatamu? Masih
kau lihat diriku sebagai tukang fitnah kepada sahabatnya sendiri? ”Jawabku.Tak
terasa pipiku sudah basah begitu saja. Air mataku jatuh tanpa kusadari, sungguh
keras kepalanya sahabatku ini, namun emosinya pecah jua setelah kata kataku
tadi.
“sudah nur!”
bentaknya, hatiku laksana petasan yang meledak dan pecah berkeping keeping. “maaf
Maria,aku ini sahabatmu sedari SD, aku bukanlah pendusta, David juga temanku
lantaran kita sama – sama menjabat OSIS. Aku punya bukti bahwa dia juga sudah
punya pacar. Dia itu Play Boy, kamu itu dipermainkan olehnya. Insaflah Maria
bahwa tidak ada cinta dihatinya akan kau. Jangan kau biarkan laki laki itu
menyayat hatimu perlahan. Ini semua hanya cinta monyet, masa depanmu masih
panjang. Tahukah kau akibat sakit cinta, pernahkah kau mendengar berita orang
bunuh diri lantaran diputuskan pacarnya, atau orang yang sakit lalu meninggal
karena hanya dipermainkan. Jangan kau turuti rasa itu sebelum fatal akhirnya”Jelasku.
Aku amat ngotot dan menangis perlahan. Berusaha kupelankan suaraku agar ibunya
tak melihat perdebatan ini.
Kutunjukkan
ponselku dan kuperlihatkan jua gambar mesra David dengan wanita lain. Maria
kemudian syok dan duduk disofa dengan ambruk, tangisnya tak tertahankan. Kupeluk
sahabatku itu “ini cinta monyet Maria, walau haruslah kita insaf bahwa cinta
monyet juga menyakitkan akhirnya.”Ujarku.
“Maafkan aku
Nur?” pinta Maria dalam tangis. Ia amat tak menyangka dengan semua ini, namun
bila bisa dirasa, akulah yang lebih sedih. Aku hanya bisa melihat tak dapat
berbuat, andai saja kumiliki David.
Keesokan
harinya dikala Maria hendak kekantin David datang, Maria segera bangun.’’ Maria
kamu mau ngapain?’’ tanyaku.’’ Kulabrak tu anak.’’ Jawabnya.’’ Maria, jangan,
jangan kau utamakan Emosi. Kita bisa menyelesaikan ini dengan kepala dingin.’’
Ujarku berkerut. Tak mau saya bila ada keributan, ‘’ Sudah deh, gak usah ikut
campur. Mari sesegera mungkin berdiri didepan David dan menampar pipi Davit,
aku hanya duduk manis dengan amat khawatir. “Dasar play boy, aku bukan boneka,
teganya kau” bentak Maria, banyak siswa yang melihat. Bisa dibilang hampir
seluruh siswa berkerumun.
“Apa sih
maksutmu?” bentak David pula yang kini mulai berkerut wajah seolah tiada dosa
dan tiada mafhum apapun. “Jangan kau penuh kata, sudah muak aku, ini
siapa?”Kata Maria sambil menunjukkan foto itu.
“Darimana
kau dapat foto ini?” Tanya David, wajahnya menunjukkan kemarahan dan
pertanyaan. Aku merasa bersalah sekali, karena mengakibatkan kegaduhan ini.
Namun kalau dibiarkan saja, bagaimana dengan sahabatku.
“Tak
penting, yang jelas mulai detik ini sirna hubungan kita” Bentak Maria, ia
segera pergi dan menarik tanganku menuju kelas. Air mata Maria terpecah jua.
Maria dan David putus. Harapan hatiku tiada celah karena David yang telah
membenciku. Teringatlah aku kejadian setelah David putus dengan Maria, saat
sekolah telah sunyi David mengajakku bicara empat mata didepan LAB. Suasana
sepi disekolah, hanya kita berdua, tak mampu kupandang mata indahnya. Hatiku
serasa sesak oleh getaran cinta yang meletup letup.
“Maksutmu
apa? kau beri tahu Maria tentang semua itu” Tanya Davit dengan wajah emosi.
Wajahnya tampannya kini berubah menjadi wajah yang amat kutakuti, bukan karena
garang, tapi karena aku takut dia menjauhi aku.
“Maria itu
sahabatku, tak mungkin aku biarkan dia kau sakiti” Bentakku pula.Tak kuasa aku,
aku laksana batu yang kini hanya diam .Air mataku meleleh dibentak oleh orang
yang aku cintai ini. “Kau memang teman yang tak bisa jaga mulut. Kau tiada beda
dengan burung beo yang tak bisa diam, kau gagalkan rencanaku, kau permalukan
aku. Puas kau sekarang Nur, Puas Kau.’’ Bentaknya. Aku hanya menunduk dan
menangis, batinku, hatiku semuanya bersedih dan menangis pilu.’’ Dari sekarang
anggap aku tak pernah kau kenal” Suruhnya.
“Apa maksutmu?”Tanyaku dengan suara parau. “Jauhi
aku, aku sudah muak denganmu!” ucap David
“Jangan!”suruhku
dengan tangis.
Suaraku
lemah, aku hanya menangis sendiri, David segera mengenakan jaket hijaunya dan
ia meninggalkanku sendiri. Aku terpaku menangis dengan menghadap kebawah. Apa
yang adapat kuperbuat, aku lemah laksana kertas yang hangus dibakar dan hancur
dibasah. Cinta yang selama ini aku simpan dalam air mataku telah pergi.
Cinta yang
kuharap sedari dulu telah entah kemana. Gundah
diriku, rasanya aku ingin dicabut saja nyawanya bila harus berjauh
darinya.Padahal dialah yang hadir dinyata, mimpi bahkan diantara mimpiku. Sejak
itulah aku jauh renggang darinya, sampai dia lulus SMP. Akupun menempuh kelas 3
dengan hati yang kosong. Teman-teman mulai malas denganku karena aku bukan
periang seperti dulu lagi. Masih syukur aku karena Maria masih jadi sahabat
baikku, dia tak bosan bersahabat denganku ini. Ketika David akan diwisudahi,
aku menampilkan puisi dan pidato Bahasa Inggris, Untuk Puisi kuucap sendiri
namun untuk Pidato Bahasa inggris, akudan Marialah yang menampilkannya.
Daun
Aku ini tergeletak sendiri
Menangis oleh sesal
Apa daya diri ini, tiada suka dirasa
Akulah yang terbuang
Akulau yang terusir jauh dari batipuh cintamu
Tiada kuasa batin saya.
Matanya melihat tapi tak bersinar
Hidunganya mencium tapi sudah tiada peka
Telinganya mendengar namun sudah tiada mafhum dengan apa yang
didengarnya.
Andaikan aku pohon yang punya akar,
Aku hanya daun yang terserak
Aku hanya diam menunggu ajal
Tertiup angin diriku dan pergi entah kemana
Puisi itu
kutulis dengan airmata yang tiada habis linangnya. Masa itu adalah masa yang
menyakitkan bagiku sampai aku dan keluargaku pindah ke Kepanjen. Aku masuk SMA
Negeri 2 Kepanjen, Maria bersekolah di SMK Farmasi Lawang. Hidupku mulai
berwarna ketika aku kenal dengan laki-laki tampan bernama Noval. Wajahnya mirip
David kecuali matanya yang sipit seperti orang cina. Awal melihat dia tentulah
aku amat terkejut, namun dirasa ia membuatku merasa hidup. Banyak gadis-gadis
sekolah sini yang suka akan dirinya. Bagaimana tidak, laki laki tampan nun kaya
raya itu telah diluluhkan hatinya. satu-satunya yang telah meluluhkan hati
seorang Noval adalah Zia. Dia gadis cantik nun kaya namun emosional. Hatiku
berdesir didekatnya karena aku merasa Davidlah yang ada didekatku.
Rinduku
memuncak, ini mengenai kisahku dengannya. Ketika itu aku berada dilantai tiga
dekat gudang, melihat pemandangan kota Kepanjen. Melihat stasiun dan rel yang
lurus dipinggir sawah. Aku sedang termenung ingat akan kata David dan masa masa
SMP “Anggap aku tak pernah kau kenal” setiap mengingat kata-kata itu,air mata
keluar begitu saja membasahi pipiku. Hatiku remuk oleh kata kata itu. Kata kata
yang masih terngiang jelas laksana mesin perekam yang diputar berulang ulang.
Tak kusangka
Noval berdiri disampingku “Kamu sendirian dari tadi?”Tanya Noval. Tak kusangka
dia menyapaku. Padahal kami tak pernah bercakap- cakap sebelumnya.
“salahkah
bila aku sendiri disini?” Tanyaku. Aku hanya berusaha terlihat cuek.
“Apa yang
kau sukai dari tempat ini?” Tanya Noval kepadaku, nadanya amat tenang namun
penasaran, aku menoleh kepadanya,
“Kesunyian, kesejukan
dan aku bisa melihat kembali masa lalu dan masa depanku dikesunyian,
dikesunyian aku biasa merenungi segala hal dengan amat jelas dan ditail”
Jawabku pelan.
“Apakah aku
mengganggu renunganmu disini?” Tanya Noval, ia sedikit tersenyum, kufikir ia
menganggapnya lelucon kecil.
“Tidak”
jawabku.
“sama sekali
tidak mengganggu?” Lanjutku,
“Nama kamu
siapa?” Tanya Noval, senyum itu amat menawan,
“Namaku Nur
Maulidia, panggil saja Nur” Jawabku kalem, dia tersenyum
“Noval”
sautnya sembari menjabat tangannya padaku. Sebenarnya aku tahu namanya, hanya
saja aku berpura-pura tiada mafhum siap dia. Semenjak saat itu kami dekat,
dekat laksana bunga dengan lebah.Ia selalu menemaniku, Maria juga kukabari
tentang Noval, aku merasa cahaya yang pergi itu kembali ada.
Setiap
hendak tidur. Kutulis kisahku dengannya dibuku harianku.
David, kemanakah aku hendak temukan
kau sementara kau ingin aku tak menganggapmu ada, batinku
tiada kuasa melakukan itu.Tangisku
hanya pada kau David, kini aku kelas 2 SMA, ingin kembali kulihat kau
tersenyum, namun aku tiada daya mencari itu karena dia datang. Dia hampir sama
akan engkau wahai Davidku. Laksana cahaya dia hadir .Mungkin aku mulai sembuh,
dari luka batin yang begitu dalam, sembuhnya amat pelan, itu karena hadirnya
dia. Noval Fadil namanya. Dirasa dekat dirimu disampingku bila
ada Noval.Tangisku ini tiada nasip untuk engkau David, karena cinta memang
dapat membuat gila. Cinta itu penyakit yang mematikan, tak menyerang badan tapi
menyerang batin. David aku rindu akan engkau. Cinta itu tidak pernah salah,
namun aku yang salah, dimanakah kau sekarang wahai David Pranata Aji Fibrian.
Lelah hatiku hingga dapat menghitung setiap detiknya. Tangis diriku dapat
membanjiri pipi dan ego.
19 Februari 2011
Kututup buku
itu dengan air mata.
Hari indah dengannya amatlah berbunga
dihati yang kosong ini, tiada tahu saya apakah ini cinta atau hanya rasa
pelampiasan rindu yang memberontak. Aku dan teman-teman dikelas sedang makan
dan kulihat Noval dengan Zia sedang berbicara, wajah emosi terpampang emosi
entahlah apa. Apakah mereka bertngkar?
Diperpustakaan
pada jam ke 8 aku membaca buku kumpulan Novel sastra, ya bila kubaca aku lebih
suka membaca novel karya Buya Hamka. Ceritanya amat menyentuh hati. Kemudian
kubaca juga karya DEE. Ceritanya amat membuatku berkhayal.
“Nur”
Panggil Noval
“Ssssttt”
suruhku agar tidak dimarahi penjaga perpustakaan.
“Ada
apa?”Tanyaku, dia berdiri sementara aku terduduk.
“Sabtu besok
kamu ada acara?”Tanya Noval.
Aku
memejamkan mata sejenak dan menggeleng kepadanya “kufikir tidak” jawabku
“kamu maukan
ikut denganku?”Ajaknya
“Kemana?”
tanyaku
“Pantai
Balai Kambang” jawabnya
“Entahlah,
siapa saja yang ikut?” tanyaku lagi
“cuman kita
berdua, kita naik bus” jawabnya.
“Bagaimana
dengan pacarmu?” tanyaku lagi
“Oh.. zia? Kami putus, dia tak benar-benar
mencintaiku dan itu telah menikam hatiku” jawabnya.’’ Bagaimana bisa?’’ tanyaku
‘’ rumit
ceritanya, aku tak mau bahas itu lagi.’’ Jawabnya yang terlihat lesu.
Hari semakin
sore, aku pulang sekolah denga badan yang capek. Ingin segera ku siram badanku
dengan air dingin.
Dirumah aku
hendak membuka pintu dan tiba-tiba
seseorang mengejutkanku ”Nur” teriaknya sembari memelukku. “Maria,kapan kamu
datang?” kejutku, diriku sontak kaget dan amat senang bukan kepalang. Sahabat yang
telah menjadi cahayaku datang, kami berpelukan melepas rindu.
“Ini temanmu
sudah menunggu dari tadi siang lho nduk”
kata ibuku dengan penuh senyum
“Ajak
ngobrol gih!” suruh ayahku.
Aku dan Maria
berdua didalam kamar, kami mengobrol dan bercanda mengenai masa SMP. “Nur tahu
tidak? Aku dapat kabar kalau David sekarang sudah tidak play boy lagi, itu
terjadi semenjak ayahnya meninggal kemarin 2 hari yang lalu”. Aku hanya menutup
mulut dengan kedua tanganku, terkejut
oleh berita itu sekaligus teringat lagi kejadian yang memilukan batinku itu. Ya
Tuhan kenapa Maria menyebut nama itu lagi.’’ Sungguh kasian dia.’’ Ujarku’’
dimanakah dia sekarang?’’ tanyaku.’’ Dia sekarang bersekolah di SMK NEGERI
SINGOSARI daerah Mondoroko.’’ Emm.’’ Jawabku mengangguk.
“oh iya Nur,
kamu gimana disekolah barumu, udah punya pacar?” Tanya Maria.
“Kamu
ngomong apa sih, sebenernya aku punya temen, tak tahu bagaimana rasaku
padanya?” jawabku malu malu, aku tak tahu bagaimana expresi wajahku sekarang.
“Aku
penasaran?” Paksa Maria
“Oh itu tak
penting kamu tahu” jawabku, ku alihkan pembicaraan agar tidak panjang lebar. kami bercanda ria dengan tiada kanal waktu.
Sabtu pada
sore hari aku sudah siapkan semua yang disuruh Noval. Kedua orang tuaku telah
memberi izin. Aku duduk dilobi sekolah, tentulah aku masih menggunakan seragam sekolah. Lagian
jarak Kepanjen ke Balai Kambang lumayan.
“Nur,
siapkah engkau?” Tanya Noval, ia tersenyum. Aku ingat sesuatu, sesuatu yang
hilang
“sudah vid”jawabku
“Vid???”
ulang Noval heran.
“emmm
maksutku sudah val” jawabku, kurasa wajahku merah, aku malu sekali. Bodohnya
aku, bagaimana aku bisa ngigau disiang bolong. Menyebut nama David lagi. Oh
Tuhan, tak bisakah dia benar benar pergi dari kepalaku. I am so sad whit all of this
“Yaudah yuk
kita berangkat” ajaknya. Kita menaiki bus dan duduk dikursi yang berisi 2
orang. Karena jam sudah sore, sekitar pukul 4 sore bus akan sampai pada malam.
Kami mengobrol ria, beberapa canda ringan seperti. ‘’ benda apa yang tidak di
darat, tidak diudara dan tidak di air namun memakan semuanya.’’ Tanyaku.’’ Apa
yaa. Waktu.’’ Jawabnya. Kemudian kutanya lagi dengan canda.’’ Apa bahasa
inggrisnya Keramas.’’ Tanyaku. Dijawablah’’ the Golden Monkey.’’ Jawabnya.
Sedikit sebal aku karena semua tebakanku berhasil ditebaknya. sampai tak terasa aku tertidur dibahunya.
Kurasa tangannya membelai rambutku dengan lembut. Itu perasaanku saja atau
memang benar adanya. Entahlah.
***
Aku berdiri
sendirian dalam sebuah hutan, kurasa gerimis dan tanahnya becek.Kucoba berjalan
didalam hutan yang lembab dan bertanah licin. Aku sendiri heran dimana diriku
berada, ketika kakiku hendak menanjak aku terjatuh, sebuah tangan putih
mengulur kedepan mukaku, kutoleh keatas melihat dari ujung kakinya “David”.Diriku
berdesir dan sesak oleh rindu, dia hanya tersenyum tak berkata tiada berucap,
hanya senyum yang menawan.
Bagaimana
mungkin dia ada disini, kusentuh tangannya
dan semuanya tiba tiba memudar.
***
“Nur bangun”
kudengar suara itu, kini insaflah aku bahwa tadi hanya mimpi. Betapa bersyukurnya
aku memimpikan David Pranata.
“Pulas
sekali kau tidur,tapi kita sudah sampai” ujar Noval. Matanya sipit dan
senyumnya buatku ingat David. Aku merasa nyaman dengannya, seperti sakitku
sembuh perlahan.Kuharap berteman dengannya dapat menarikku dari dalam hutan
cinta yang tiada nasib bagiku. Kami berjalan dipinggir pantai. Hari masih
malam, kami berdua makan mie instan dan kopi susu, untung Noval bawa kompor
mini. Obrolan kami hanya sekedar
pengalaman, namun aku tiada kuasa cerita tentang David padanya, janganlah ada
yang tahu. Biarlah dia hanya hidup dalam hatiku yang lunak.
Pagi-pagi
buta aku terbangun dari tenda kecil, kucari dimana Noval, ia berdiri menghadap
laut. Ombaknya menggulung-menggulung indah.
“Kamu kok
nggak tidur sih?”tanyaku
“sudah”
jawabnya, ombak menari menggulung indah,
“Nur, boleh
aku berbicara sesuatu kepadamu?” Tanya Noval, terheran aku pada laki-laki ini.
“ya ”
jawabku polos
“Menurutmu apa sih cinta itu?” Tanya Noval
dengan mengangkat alisnya yang samping.
“Cinta itu
gila, cinta itu pembunuh, namun cinta itu tidak pernah salah” ujarku dengan
senyum.
“Nur, tiada
berat hatimu bila cinta itu kini telah hadir didetak jantungku, tak sanggup
saya memikul beratnya cinta bila sendirian, karena itu sediakah nuranimu
memikul cinta bersamaku?” ujarnya dengan merendahkan badannya. Ucapan itu
searah dengan suara angin dan ombak laut balai kambang.
Aku sendiri
bingung, aku tak tahu perasaanku terhadapnya. Cintaku hanya untuk David, namun mengapa aku harap yang jauh,
yang tiada mungkin nasip didapat. Noval dapat membuatku bahagia, dia juga mirip
David, dia juga dekat, aku hanya tinggal
bilang iya. Hatiku dilemma, yang dekat ada mengapa nuraniku ingin yang entah
dimana dia. Tapi bila difikir Noval telah beri warna dihidupku.
“Baiklah,
kurasa akan kucoba” jawabku, Noval memberiku cincin indah. Matahari mulai
terbit kemerahan, Noval memegang pipiku dan sekecup bibir lembut ubah suasana,
aku tiba tiba terbatuk dan aneh sekali.’’ Nur, kamu sakit?’’ Tanya Noval.’’
Tidak.’’ Jawabku.’’ Tapi kamu mimisan.’’ Ujarnya, kuusaplah kini hidungku.’’
Tak apa. Ini sudah biasa.’’ Jawabku, Noval masih saja heran. Apakah ini masih
pantas disebut biasa? kini semuanya
telah berubah. Karena hari itulah kami sering berkencan sampai banyak siswa
yang tahu. Bila boleh jujur hidupku berwarna lantaran meras a David yang
kugenggam lengannya, David yang cium bibirku.
Dirumah aku
dan keluargaku bercanda ria didepan TV, namun tiba-tiba sebuah telephon
berbunyi didalam kamarku.
“Hallo”
panggilku, nomornya tampak asing.
“Apa ini
Nur?” Tanya suara itu, kudengar suara itu kukenal dan cukup familiar.
“Siapa?”
tanyaku
“Saya David,
masih ingatkan?” Tanya David.
Jantungku
yang tadi berdetak laksana disengat listrik yang mematikan. Tiada terasa pipiku
basah oleh air mata, setelah sekian lama tak lihat pesonanya. Ingat kembali
diriku oleh masa itu, dimana aku hanya bisa menunduk dengan tangis.
“David?Kamu
dapat nomor saya dari mana?” Tanyaku heran
“Itu tak
penting, aku hanya ingin meminta maaf padamu, sediakah besok engkau menemuiku. Dimana
kau sekarang?” Tanya David.
“Sekarang
aku tinggal di Kepanjen” Jawabku sembari menyeka air kesedihan dipipi.
“Kutemui kau
dikantor pos kepanjen” Jawab David.Dia dulu menjadi kakak kelasku, dialah yang
aku cintai. Lantas bagaimana dengan Noval. Entahlah, biarlah semua mengalir
bagai air.
“ya, ku usahakan datang” sahutku
“Makasih
ya?” ucapnya. Sekali lagi air mataku meleleh, harap ini menjadi tangis,
malamnya aku tidur dan bermimpi akan dia.
Esoknya
seperti biasa aku bertemu Noval dan bercanda ria. Kami berkencan di taman
sebelah sekolah dengan beberapa cemilan ringan.
“Nur
sediakah nanti kau ikut saya lihat sepak bola?” Tanya Noval, aku hendak
mengiyakan namun ingatlah aku akan sesuatu. Lagi pula aku tak terlalu apresied
dengan sepak bola.
“Emmm
sepertinya tidak bisa, aku ada acara ke Malang hari ini bersama kedua orang
tuaku” Jawabku, terpaksa berbohong diriku.
Hari inilah aku akan bertemu dengan
nyawaku lagi, hari inilah aku akan bertemu dengan mimpiku lagi, setelah
pertengkaran pilu itu hancurkan hayat. Dari sekolah aku lari melewati jembatan
sungai menuju kantor pos, ketika berhenti dengan terengah, kulihar dia berdiri
mengenakan kemeja putih. Sungguh tampan dan mempesonah dia, siapapun yang
melihatnya pasti akan buta oleh cinta. Beda denganku, aku sebenrnya buta oleh
cinta tapi aku tak mau buta, maka akupu gila oleh cinta.
“David?”
panggilku.
“Nur, syukur
aku karena kau datang pula” jawabnya senyum, kami bersalaman dengannya. Sudah
lama tak kusentuh tangan dingin itu. Ingatlah diriku saat ia menutup mataku
diruang osis.
“Ikutlah
tiada protes” ajaknya, hatiku sudah tertutup oleh bunga yang bersemi kembali.
“ya”
jawabku, kami menuju Malang kota, berjalan-jalan di Mall. Setiap didekatnya
hatiku berdegup kencang, tiada tahu siapa diri ini sebenarnya. Hujan mengguyur
deras, kami mampir di SS sebentar
“Mengapa kau
ajak diriku sejauh ini David?” Tanyaku
“Nur tak
kuasa saya berjauh darimu, sesal itu mengejarku sampai kedalam sukma, maafkan
aku yang telah melukai hati halusmu yang laksana embun pagi itu, seharusnya tak
pantas saya untuk bermarah padamu lantaran kau yang benar.Tak seharusnya aku
seperti itu, Maria itu sahabatmu fahamlah saya bila kau tiada terima bila saya
sakiti dia, namun demi Tuhan insaf saya, bahwasannya semua ini tidak ada
gunanya, aku yang terlalu egois. Namun tangismu waktu itu telah leburkan egoku.
Sekali lagi maafkan saya” Ujarnya.
Baru aku
sadari bila air mataku sudah basah di pipiku, tak mampu kuberucap “Nur mengapa
kau menangis?” Tanya David
“Terima
kasih David, aku memaafkanmu” Jawabku
Hari yang
indah itu berikan warna pada hidupku, pengharapan itu telah hadir, tangisku
hendak berhenti saja.Dirumah aku datang ketika malam hari.
“Darimana saja Nur?” Tanya ayah
“Tadi aku
sama temen-temen ke Malang” ujarku
“Kok nggak
izin?”
“Maaf”
Karena kejadian itu aku terkena tegur. Baru aku istirahat dan membenamkan
kepala aku dikasur,hanphoneku bordering, kulihat Noval yang menghubungiku
“Hallo”
panggilku
“Nur kamu
kok terdengar lelah” khawatir Noval
“Aku baru
datang dari Malang” jawabku dengan suara parau.
“Apa aku
mengganggu?” Tanya Noval
“Sama sekali
tidak” jawabku
“Emmm
sebaiknya kututup ponselnya biar kau istirahat” Kata Noval
“Hai aku
baik-baik saja” Ujarku pelan, aku rindu suaranya. Tapi aku lebih rindu suara
David.
“Tak apa”
Terus Noval. Akhirnya ponselnya ditutup pula. Noval memang lelaki yang baik,
tak pernah ia membiarkannku repot oleh hubungan kita. Bila aku ujian, takkan ia
menelfonku, bila aku kesulitan, dibantulah aku menegerjakan PR. Masih banyak
lagi kebaikan darinya yang dirasa sulit bisa kubalas.
Aku terduduk
sejenak menulis buku harianku,
kata orang masa lalu tak semua
menyakitkan, dia kembali, David kembalikan cahayaku. Ia datangkan lagi
pengharapanku, Hayatku kembali bernafas.
Setelah sekian lama tiada bertemu
rinduku memuncak jua, aku bingung bagaimana dengan Noval, dia laki-laki yang
baik, tak ingin aku menyakitinya namun David, dialah yang aku cintai sampai
sekarang, kejanggalan terbesar aku takut akan jatuh lagi. Aku tak ingin dikuasai
cinta itu lagi, namun insaf aya bahwa tak kuasa aku membendung rasaku kepada
cintaku yang pernah hilang.
Tak kuberi
tanggal buku diaryku itu aku terlelap. Sadarku sudah hilang lantaran tenggelam
oleh kantuk dan Lagi-lagi aku memimpikan David.
Pagi hari disekolah
aku sendirian dihalaman, namun tak lama kemudian Noval datang,
“sendirian
saja?” ujarnya
“Emmm
sekarang sudah ada kamu” jawabku dengan nada bercanda
“Minggu
depan sediakah dirimu ikut aku ke Malang?” ajaknya
“Noval kalau
boleh jujur aku capek harus jalan-jalan jauh, aku tau niat kamu baik tapi kita
bisa ketempat yang dekat seperti stadion kanjuruan” usulku.
“good ide, I
like it” jawabnya
Dirasa sunyi
dihalaman, tiba-tiba hujan mengguyur kami berdua menuju lobi dan tiada orang
disana.Mereka semua sibuk hanya kelasku yang istirahat. Noval mengenakan jaket
coklat. Kepalanya hendak mendekati wajahku, bibirnya lembut menyentuh bibirku,
kurasa wajah David yang dekat dan syahdu.
Setiap hari
saat malam David menelphone, kini aku merasa sembuh. Pernah kuberanikan untuk
bilang kalau aku kagum padanya eh tiba-tiba ponselku mati.
Minggu pagi
aku dan Noval berangkat ke Kanjuruan, pertandingan persija dengan arema,
sebenarnya aku tidak terlalu suka sepak bola itu semua karena ada Noval yang
kupandang David disampingku, kusandarkan kepalaku di pundaknya.
Sore hari
Noval mengantarku makan, hari ini aku ingin mentraktirnya, kubuka tasku kuacak
isinya dan kuambil uangnya. Didepan rumah, Noval mengecup kening “Thanks for
everyting” ucapku, “Never mind” jawabnya. Ingin sekali kutulis hari ini dibuku
harianku, tapi ketika kugeledah entah kemana, seingatku tadi aku menjaga tasku.
Aku bingung, duniaku kucurahkan dalam buku diary itu,
“Oh Tuhan
tolong aku” ujarku dalam hati,
“Kenapa
Nur?” Tanya ayah
“Buku
diaryku hilang ayah” jawabku
Aku bingung,
tiba-tiba saja perutku jadi sakit, isinya yang amat penting. Hari ini aku
mengalami kesialan kecil atau bad day. David tak menelphon hari ini, buku
diaryku hilang, aku tertidur tiada istirahat.Mimpi buruk datang dengan mengerikan,
sesekali aku bangun dan menjerit.
Esoknya aku
berangkat terlambat, aku terkena pares di upacara hari senin. Setelah upacara
masih ada waktu istirahat 15 menit.
“Nur saya
hendak bicara denganmu dilantai 3 sekarang!” Kata Noval
“Kenapa tak
disini saja?” Tanyaku
“Aku ingin
empat mata saja” jawabnya, kami berdua naik ke lantai 3 yang sunyi dan tertiup
angin.
“Ada apa
sebenarnya Noval?” Tanyaku pelan
“Saya hanya
ingin kamu menjawab dengan jujur!” suruhnya, aku jadi suudzon padanya
“Maksudnya?” Tanyaku heran
“Saya ingin
mengembalikan buku ini padamu, kemarin direstoran tak sengaja jatuh, maaf saya
telah baca semua” ujar Noval
“Noval kamu
harus percaya isi buku itu gak seperti yang kamu bayangkan, aku cinta sama
kamu” ototku, air mata turun jua dari mataku. Aku takut akan amarahnya, aku
takut ia anggap diriku munafik, pendusta dan sebagainya.
“Sssssstttt
saya sudah faham” katanya sembari menarik nafas sejenak. Ia meletakkan
telunjuknya di bibirku. Jantungku berdetak amat cepat.
“Saya tidak
ingin kamu merasakan sakit ini terlalu lama” ujarnya sabar
“Tapi aku
malah merasa nyaman dengan kamu”
jawabku, air mataku tak tertahankan.
“Nur” ujar Noval
sembari memegang tanganku.
“Kamu nyaman
karena hati kamu tak disampingku, kau bahagia bukan karena aku tapi karena kau
anggap aku David, baru insaf saya bahwa saya tak bisa buat kamu bahagia, kamu
lebih bahagia dengan David itu” ujar Noval
“Aku cinta
sama kamu” Paksaku, aku tak tau harus bagaimana
“Sekarang
saya Tanya, kalau kamu tak pernah kenal David apa kamu akan kenal saya atau
kalau kamu tidak mencinta David,apa kamu akan mencintai saya. Saya fikir itu
tidak akan terjadi, kamu itu butuh bahagia, bahagia kamu itu ada di David”
katanya, aku menangis sejadinya, kini tak tau harus bagaimana. Noval memelukku
dan mengecup keningku.’’ Ssssst. Sudah jangan menangis bunga cintaku.’’ Ucapnya
berusaha menenangkanku.
“Mulai
sekarang kamu bebas, aku melepasmu, jagan kau sakiti dirimu sendiri” ujarnya
dengan mengecup keningku sekali lagi, aku menangis dalam pelukannya. Hatiku
kini tak tahu harus bagaimana, Noval dia tahu perasaanku tapi sekarang dimana
aku mencari cintaku.
1 tahun
kemudian.
Sudah
terlalu lama dirasa. Noval kini laksana sahabat. Semester 2 terpaksa aku tak
bisa ikut. Ingin sekali aku seperti yang lainnya.
Aku kini
tiada dapat berdiri, tubuhku terbaring lemah di Rumah Sakit Saiful Anwar, aku
difonis menderita kangker paru-paru stadium 3. Terlambat sudah peluangku,
awalnya tak kusadari sakitku ini hingga setelah aku tahu selama ini aku depresi
dan itulah penyebabnya. Ku tak mau Maria, Noval atau
David tahu tentang ini cukup keluargaku saja. Tapi rahasia itu terbongkar jua,
laksana bangkai disembunyikan pasti akan tercium jua. Pernah jua kutulis saat aku terpukul.
Sungguh tangisku ini deras amat pilu,
cintaku tak tau dimana empunya, belum diperolehnya dia diriku. Begitu cepat
dunia ini berjalan, samapi ajal hendak dating dikala cinta belum ku dapat
Air mataku mengalir tiada tahan oleh derita batin, aku yakin Allah punya
rencana lain dibalik semua ini. Kutulis dan ku lanjutkan lagi buku diaryku.
Tuhan, bila kala usia ini hendak habis saya mohon izinkanlah saya
rasakan cinta bersamanya. Bersama David walau hanya sejenak, sungguh
bertahun-tahun hatiku menangis lantaran cintaku tak sampai. David aku cinta akan
engkau
Air mataku
sekali lagi berlinang. “Nur, hari ini cerah, tak ingkankah kau menemui Maria,
dia menunggumu” ujar ibu
“Ayah mana?”
“Ayah masih
sholat asyar” jawab ibu, aku bangun dari kasur rumah sakit, kubuka pintu kamar
dan kutemui sahabatku itu.
“Maria?”
panggilku
“Maaf nur
saya baru bias jenguk sekarang” ujarnya sembari memelukku.
“Nur ada
yang ingin saya bicarakan sama kamu” katanya. Aku bertanya-tanya dalam hati
“Apa itu
wahai Maria?” Tanyaku pelan
“Bisakah
kita bicara empat mata tanpa ada yang mendengar” suruhnya
“ya ”
jawabku polos
Kini kami
berdua dilorong rumah sakit ini. Kurasa lorong sepi
“Nur maaf
sebelumnya, saat kau pingsan tanpa sengaja ku baca buku harianmu” suasana
hening. Aku hanya menundukkan kepala, semua sudah terlambat, dia sudah tau semuanya.
“Aku tahu
semuanya sekarang Nur, namun baru saya insaf kalau selama ini kamu mencinta
David, tapi semuanya sudah berlalu karena David telah kuberi tahu” katanya,
saat dia menyebut nama itu hatiku seketika meledak.
“Mengapa kau
memberitahunya dan dimana dia?” Tanyaku, matajku sudah berkaca kaca.
“David
sedang di Kalimantan, ia telah bekerja disana, namun mendengar kau sakit dan
kau mencintainya dia hendak kemari”
jawab Maria, air mataku turun perlahan
“Mengapa dia
hendak kemari?” tanyaku
“Karena baru saya insaf dia jujur pada saya
bahwa David juga teramat cinta akan engkau” mendengar kata cinta itu aku
menangis. Tak terbayangkan betapa sia sia waktu ini karena cinta yang terpendam
dan baru diketahui saat ajal hendak menjemput. Sseketika aku terduduk dilantai
dan menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku lantaran tak menyangka. Semua
terjadi begitu saja.’’ David juga menitipkan surat ini terhadapmu.’’ Ucap
Maria, kuterima surat itu. Kubuka perlahan.
Kepada dia yang sudah lama menangis
Memang terlambat ya Nur, semua
berlalu begitu saja, namun apa daya saya, yang kau rasa sama denganku. Kita
sama sama malu untuk ajukan rasa dalah qolbu masing masing.
Maafkan saya wahai Nur, baru sadar
saya bahwasannya Cinta ini tak mengenai diriku serorang, tapi mengenai kita
berdua. Bila kala masih diberinya kesempatan. Semoga Tuhan mencabut sakitmu,
Wahai Nur. Cintaku tumbuh begitu saja
tanpa pupuk, maafkan saya yang telah urai air matamu sampai kering, insaflah
saya bahwa bila cinta sudah berkalam. Jasatpun tak bisa apa apa, saya hendak
temui kau. Sudah diperoleh saya pekerjaan Nur, hendaknya saya menemani sepimu,
biar kita sama sama tercapai Cintanya, bila kala kau Tanya kemana diriku, aku
ke Kalimantan Nur. Saya hendak menyusulmu, biar tuhan yang meridhoi cinta kita.
Saya tahu, betapa lama sakit cinta
itu kau rasa seenjak SMP. Maaf kan saya sekali lagi wahai Cintaku yang berdebu.
Sekiranya ini dulu surat dari saya, saya mohon cintamu Nur.
Aku Cinta akan engkau, Aku Cinta.
David
“Dia tidak
punya keberanian didepanmu. Tapi besok pagi dia akan datang kemari” ujar Maria
“Wahai
Maria, beginikah akhirnya cinta bertemu walau didepan gerbang ajal” ujarku
dengan tangis, mengapa tak dari dulu saja dia ucapkan cinta padaku. Mengapa aku
harus malu, toh dia juga cinta akan dirku ini.
Pagi yang
menyakitkan telah datang, aku baru saja sarapan, tadi pukul 6 pagi Noval
menjengukku, ia membawakanku sebuah liontin berbentuk bunga latulip, dimana
bunga itu adalah bunga kesukaanku. “Nur” panggil Maria yang menangis
“David” ujarnya
“Mengapa
dengan dia bukankah kau bilang dia hendak kemari?”ujarku penasaran
“David
kecelakaan hebat tadi malam, ia hendak menuju kemari namun terlambat sudah,
sepeda yang digunakannya menabrak truk
besar di Surabaya, berita itu baru sampai tadi malam. dia mengalami buta dan
sekarang masih diruang ICU” katanya. Tubuhku terlalu lemah untuk menangis, tak
kusangka, mengapa harus begini akhirnya.’’ Daviiiiiiiiiiiiiiiiiid.’’ Teriakku
histeris dengan menangis tubuhku lemas dan pingsan diriku seketika.
***
Aku tak tahu
dimana aku, kulihat ada dua pintu didepanku, yang satu megah, yang satu rapuh
dan lapuk “kau hendak masuk yang mana?” kata sebuah cahaya, aku hanya
tersenyum. Tempat apakah ini, begitu putih laksana kubah raksasa, luas sekali
dan siapa sosok cahaya ini, ia amat sempurnah.’’ Pintu apa ini? Tanyaku.’’ Tak
penting itu pintu apa, namun pilihlah disalah satunya, aku bingung, pin tu
jelek nun lapuk itu entah kenapa kupilih
“yang ini” jawabku.
***
Aku
terbangun sejenak, “Nur sudah sadar kamu?” panggil ayah
“Ayah, ibu,
Maria saya ingin sendiri sejenak” pintaku
“kenapa
Nur?” Tanya ibu dengan tangis, aku baru saja terbangun dari pingsan yang
meremuk redamkan hayat.
“Tolong”
pintaku dengan suara parau, dituruti permintaanku, kusendiri sekarang dan
kutulis sebuah surat penghabisan. Surat yang akan menghabisi kisahku kepadanya.
Cintaku harus berakhr seperti ini.
“Kepada kau yang jadi mimpiku.
Hidup ini hanya laksana cermin,
dibilang nyata tidak dibilang ghoib juga tidak, kita hanya sebentar namun
sekarang pintu ajal sudah didepanku. Semua sudah terbongkar, kita saling cinta
yang tiada nasip David, aku cinta akan engkau sadari SMP, maaf bila semua
terlambat, namun inilah takdir Tuhan, bila kala banyak sekali halangan
pertemuan cinta kita yang ada di dunia yang sebentar ini, masih ada Allah yang
meridhoi cinta kita, kutunggu kau diruang rindu. Aku akan pulang dipangkuan
Tuhan, terimah kasih atas cintamu David,
tak perlu kumaafkan kau lantaran kau suci dari salah. Memang cinta butakan
segalanya, termasuk batin manusia.
Cinta memang rubah segalanya yaa.
Tiada ingat bahwa sudah 5 tahun saya kenal akan dirimu, namun baru sekarang
saya sadar bahwasannya kita saling mencintai. Cinta yang akhirnya bermuara
didepan kematian. Wahai cinta, bersabarlah, bersabarlah. teruskanlah hidupmu,
sempurnakan hidupmu. Maaf karena saya baru sadar, bahwa cinta dan keinginan
untuk memiliki itu berbeda.
Hidupku sudah akan
berakhir,akan pergi aku dari dunia yang fana nun sementara ini ingin ada yang
kutinggalkan padamu wahai cintaku yang bersemi.yang menjadi sumber hidup hayat
dan ragaku Kuserahkan mataku padamu, sembuhlah David, kembalilah sebagai David
yang kukenal, ceriah. Mengapa kuserahkan mata ini padamu? karena mata ini saya mafhum kamu dan rasa
cinta. Karena hanya kaulah yang terpatri dalam hayat. Kau yang selalu ada dalam
nyata, mimpi dan diantara mimpiku. Aku akan pergi, karena mata ini, aku melihatmu dan jatuh hati.
Rasa itu awalnya hanya kecil, namun tumbuh menjadi cinta yang kubawa sampai
mati. Bila kala aku telah bersemayam di rumah terakhirku, kunjungilah makamku
sesekali dan taburilah bunga mawar putih serta melati yang berarti cinta kita
masih suci, belum ternoda warnanya.
Hanya satu permintaan terakhirku
David, bacakanlah aku yasin dari mulutmu sendiri di makamku, sebagai tanda
disanalah bersemayam pecinta yang telah berakhir perjuangan cintanya.
Sekiranya sampai disini suratku.
Maafkan aku bila aku pergi lebih dulu darimu Selamat tinggal wahai cintaku yang
berdebu. Aku cinta akan engkau, cintamu kubawa kealam baka. Biar allah yang
menjadi saksi cinta suci kita.
Nur
18 Februari 2012
Setelah
kutulis dan kulipat kuberikan surat itu kepada kedua orang tuaku “serahkan pada
David” ujarku, lemah. Kedua orang tuaku membacanya, air mata mereka tak tahan
lagi untuk keluar.
“Apa kau
yakin?”Tanya ayah dengan menangis.’’ Kau pasti kuat nak, jangan bilang seperti
itu.’’
“Itu
permintaan terakhirku, maafkan aku?” ujarku yang lemah. Air mataku meleleh
kesamping.
“Ayah
tuntunlah aku dengan kalimat suci” pintaku, suaraku terbata bata.
“Kau pasti
kuat” ujar ayah yang menangis pilu dan mengecup keningku.
“Saya akan
pergi ayah” ucapku yang sudah amat lemah. Ayah membisiki telingaku, sudah sadar
bahwa tuhan menakdirkan aku lebih dulu pergi daripada mereka
“ASYHADUALLAILAHAILLALLAH, WA,ASYHADUANNAMUHAMMADUROSULULLAH” ucap ayah . ia
amat tak tega, ucapannya terbata bata oleh tangisnya. Begitu juga ibuku yang
memegangi tanganku. Kuucap dengan mulut
dengan suara lemah, kemudian bacaan itu diucap lagi, ku sudah tiada punya kuasa
kuisyarat dengan kedipan kelopak mata, lantaran mulutku sudah tiada kuasa untuk
berbicara dan yang ketiga kuisyarat dengan hati dan hembusan terakhirku. Suasana hening sekejab itu juga. Hanya duka lara yang pilu yang tersisa,
Aku berada didepan pintu tadi, yang lapuk telah hancur, sang cahaya
menyuruhku masuk pintu megah itu dan kumasuki pintu megah itu. Kini aku pergi
dipanggil sang ilahi biarlah mereka menangis. Biarlah air mata itu berlinang
toh memang manusia hanya sebentar didunia, Cintaku tak harus memiliki namun aku
pergi dengan senyum karena telah kuketahui. Rasaku tak sia sia. David juga
mencintaiku.
***
Kedua orang
tua Nur menangis sejadinya, uasana duka saat itu menyelimuti kedukaan mereka,
gadis yang cintanya telah berseayam pada batinnya itu telah pergi untuk
selamnya saat imemasuki dzuhur, dikecup kening mayat itu oleh Maria “selamat
tinggal sahabatku, selamat tinggal.’’ Suasana pilu juga dirasakan oleh seluruh
keluarganya.
7 hari
kemudian
Laki laki itu terduduk, dibuka perban
putih yang memutari matanya itu.’’ Sekarang anada bisa membuka mata anda.’’
Suruh sang dokter perempuan. Mata itu terbuka perlahan dan kini ia bisa melihat
dunia yang cerah. Laki laki tampan itu tersenyum dan semangat ingin segera
pulang agar ia dapat segera menjemputnya. Kecelakaan itu telah gagalkan rencana
awalnya, sekarang ia dengan semangat hendak menuju malang. Namun Maria sudah
menunggu didepan rumah sakit di Surabaya. Maria terlihat sedih, ia meneteskan
air mata.’’ Maria, dimana Nur?’’ Tanya laki laki itu, wajahnya sudah penuh
harap. Maria segera menyerahkan surat amanat itu. Tak kuasa laki laki itu
menangis setelah membaca surat itu, kini dia dapat melihat lantaran donor mata
dari Almarhumah Nur.
Sore hari, saat matahari sudah berwarnah merah
David terduduk dan membaca yasin didepan makam yang di nisannya bertuliskan Nur
Maulidia meninggal pada 18 februari 2012. Sudah berkali-kali David membaca
surat terakhir itu. Air matanya berlinang “Aku mencintaimu Nur. Rupnya kita tak
dapat bersatu di dunia, biarlah ridho allah menyertai cinta kita di akhirat
kelak” ucapnya. Dia hanya berdiri amat pilu dan tragis cinta dua pemuda itu.
Harus dipisahkan oleh halangan duniawi yang berat.
Sekarang
hanya tinggal sedih dan akhir yang duka lara.
TAMAT
TENTANG PENULIS
ALVAN.M.A adalah nama pena dari Alvan
Muqorobbin Asegaf, Pria yang lahir pada 22 maret 1997 mulai menulis kisah
Diantara Mimpi sejak kelas 3 SMP. Alvan juga adalah salah satu dari 2
bersaudara kembar yang bernama Elvin Maulana Asegaf, dan pada 2008 lahirlah
saudara perempuannya yang bernama Alvina Cahaya Intan Safira. Awalnya ceritanya
diterbitkan dalam bentuk buku dan catatan facebook, kemudian cerpennya yang
berjudul Diantara Mimpi diterbitkan oleh situs Cerpenmu.com Alvan juga telah
membuat buku cerita lainnya dan juga beberapa cerpen unggulannya. Pada tahun
2014 cerit ini diketik ulang denga versi pendek dan lebih padat, kemudian
cerpen ini mengalami sedikit perubahan alur namun tak mengubah intinya.
Alvan.M.A meang berkeinginan untuk menjadi seorang penulis dan pembuat film.
What do you think abaut this story....
BalasHapus