Oleh
ALVAN.M.A
Ceritaini
adalah cerita fantasi epic roman yang menceritakan kehidupan seorang
gadisaneh yang hidup dengan keluarga yang aneh pula dan akan merubah
hidupnya.Awalnya cerita ini adalah cerita bergenre Fantasi Fiksi Ilmiah,
namun karenaalur yang kurang mendukung cerita ini diganti alurnya
menjadi Fantasi EpikRoman
Ceritafantasi namun
tetap memiliki unsur percintaan dan arti kehidupan, itulah temayang saya
ambil. Semoga Cerita ini dapat berkenan dihati para pembacanya.
KARENA CERITA PANJANG MAKA KINI DIHADIRKAN DALAM BENTUK CERITA BERSAMBUNG
Ketika musna itu adalah akhir derita
Ketika cinta itu tajam laksana pedang panas
Diriku hanya tersenyum
Bila dunia ini hanya satu, maka sungguh bodohnya aku
Bila dunia ini tidak ada, mengapa aku ada
Setiap nafasmu dan tangismu adalah racun yang akan membunuh jiwaku
Karena aku tahu, banyak manusia bodoh diluar sana
Mereka hanya mengutamakan otak tak pernah menggunakan hati
Bila akhir itu sampai apakah air mata akan berhenti.
Hujan begitu deras dikota Lawang Jawa Timur, Pasar lawang tetap saja rami oleh para pedagang yang mengais rezeki. Gadis itu menyeberangi jalan dibawah rinti rintik hujan yang deras. Ia masih kelas 2 SMA dari sekolah SMA NEGERI LAWANG. Lily Jasmine namanya, tak ada yang istimewa darinya selain mata biru Kristal yang amat aneh bagi derinya sendiri ataupun orang lain.
Seragam putihnya basah oleh hujan, Liy sama seperti yang lain, manusia biasa, ia hanyalah anak seorang pembantu biasa, dari segi fiik wajahnya memang jelita dan kalem. Rambutnya bergelombang
Hujan masih mengguyur, rintikannya jatuhkan berkah dari Sang Pencipta, gadi itu hendak pulang menuju rumah majikannya. Ia harus menaiki ojek untuk menuju kesana. Lily memang gadis yang begitu polos laksana kertas yang belum ternoda.’’ Oh senja mengapa hujan kalahkanmu jadi hitam nun gelap, aku laksana laron yang membusuk dalam gelam lantaran cahaya telah enyah dariku. Oh cahaya senja, izinkan aku saksikan lelapmu bergantian dengan bangunnya malam dan bintang bintang.’’ Ujar gadis itu dalam hati.
Ia menaiki ojek untuk menuju sebuah desa kecil yang tak terlalu dikenal bernama desa SLONDET. Desan yang hampir dekat dengan agro kebun teh, desa itu amat kaya oleh sengon lautnya, namun sekali lagi itu adalah desa yang tak terlalu dikenal lantaran desa yang kecil.
Meski kecil, desa itu begitu makmur nun subur, penduduknya bukan orang desa biasa, banyak yang bekerja sampai manca Negara. Namun tetap saja desa ini tak bisa terkenal seperti desa yang lainnya.
Bukit bukit terlihat indah dibawah hujan penuh kabut kabut tipis. Desa SLONDET hanya memiliki 61 penduduk, tak banyak namun disanalah terletak rumah besar yang memiliki sebuah taman sesat yang biasa kalian sebut Labirin. Penghuni rumah besar itu juga begitu anehnya, mereka semua memiliki sepasang mata berwarna hijau bening yang indah. Teka teki ini begitu menyulitkan mereka yang ingin tahu.
Mereka adalah keluarga yang tiba tiba dad an tiba tiba entah dimana, karena sangat sulit mendapatkan informasi tentang mereka. Mereka adalah keluarga Wolladts, nama yang aneh untuk ukuran orang Indonesia, nama yang amat janggal dan tak dapat dimafhumi maknanya.
Lily telah menempu perjalanan yang lumayan jauh dari Pasar Lawang, hujan kini mulai hanya tinggal gerimis saja. Dari pasar Lawang kini ia sampai di desa SLONDET.’’ Ini pak.’’ Ujar Lily sembari menyerahkan uang Rp5000 kepada tukang ojek itu.’’ Makash ya mbak.’’ Jawab tukang ojek itu. Ia memundurkan sepedanya dan memutarnya, kemudian pergi secepat cahaya.
Dingin dirasa lantaran hujan berhenti, kini angin berhembus hembus dibawah mendung. Lily berjalan menuju rumah besar itu dan memeluk tubuhnya sendiri. Seragamnya sedikit basah.
Tanpa raagu ia mebuka gerbang besar milik kediaman keluarga Wolladts.
Lily meneruskan langkahnya dengan tenang dan duduk di emperan Rumah Keluarga Wolladts. Dia tidak lancing memasuki rumah keluarga Wolladts, lantaran ibunyalah yang menjadi pembantu disitu. Ibunya bernama Katen, sudah menjanda saat Lily masih bayi.
‘’Sudah pulang nduk?’’ Tanya Bu Katen
‘’ iyah bu, tadi jam kosong saat jam terakhir.’’ Jawab Lily Polos
‘’ keluarga Wolladts mana?’’ Tanya gadis itu dengan mendongak dongakkan kepala.
‘’ mereka semua pergi kesurabaya mengunjungi pabrik mereka. Kecuali Faris, ia sedang main PS didalam.’’ Jawab Bu Katen dengan lembutnya. Sungguh sudah lama ia bekerja menjadi pembantu keluarga Wolladts. Asalnya sendiri dari kota Bangil pasuruan.
Mendengar nama Faris, Lily segera tersenyum, entah mengapa, mungkin karena mereka sudah amat dekat bak saudara.
Keluarga Wolladts sendiri terdiri dari 4 anggota. Yang pertama Tuan Zoya Wolladts, ia adalah kepala keluarga yang tampan, jangkun cerdas dan kaya. Orangnya sabar dan baik, amat dekat dengan anak anak namun tetap bijaksana dan berwibawa. Kemudian Nyonya Irina Wolladts, ia adalah istri dari Tuan Zoya. Nyonya Irina sendiri orangnya amat disiplin, tegas, kaya dan pintar. Setiap yang ia ucapkan selalu dalam dan dapat menyentuh hati, terkadang kalau marah tidak kelihatan. Kata katanya kalem namun menyayat hati, karena itu dia juga wanita yang tak cerewet. Karena sadar bahwa kata katanya bisa pedas kesiapa saja.
Anak pertama Tuan Zoya dan Nyonya Irina adalah Zafrina, ia gadis yang pendiam namun agresif, gadis itu tak begitu pintar seperti kedua orang tuanya, namun ia memiliki banyak bakat non akademik, lebih mengarah ke jurusan bahasa. Karena itu kini dia telah kulia di UNIVERSITAS UDAYANA BALI. Ia hanya pulang ketika liburan.
Yang terakhir, Faris, anak bungsu itu amat cerdas dan menyukai hal hal baru, ia amat dekat dengan Lily walau posisinya dan Lily berbeda jauh. Satu hal yang tak boleh dilupa tentang keluarga Wolladts. Mereka semua memiliki mata hijau bening yang indah. Keluarga Wolladts memang sudah biasa dianggap aneh bagi masyarakat, mereka kelurga yang baik namun sedikit tertutup dari tetangga dan masyarakat. Jarang ada yang berani masuk kerumah keluarga Wolladts.
Rumah besar berwarnah putih itu memiliki Labirin yang indah nun besar didalamnya. Namun sayang, Tuan Zoya telah membuat aturan itu, bahwasannya siapapun dilarang memasuki Labirin itu. Inilah yang selama ini ditanyakan Lily dalam hatinya. Semenjak pertama kali ia disini, keluarga Wolladts memang baik, namun mengapa dilarang masuk labirin. Mengapa ia memiliki mata yang berwarna biru bening seperti Kristal sementara ibunya tidak, ibunya bermata ciklat seperti penduduk Indonesia yang lain. Hal itu sudah pernah ditanya oleh Lily namun ibunya hanya menjawab.’’ Entah bagaimana kau seperti itu. Yang jelas kau adalah putri kandungku.’’ Ujar Bu Katen tahun lalu.
Selanjutnya, keanehan yang ditanya dalam hati Lily selama ini adalah mengapa mata keluaraga Wolladts berwarna hijau bening nun indah? Padahal mereka mengaku berkebangsaan Indonesia tulen, aneh dan misteri yang susah dipecah ataupun dibuka kebenarannya. Mengapa Lily harus hidup dalam keanehan, setiap buncah senti otaknya tak pernah berhenti bertanya, mengapa keanehan keluarga Wolladts harus sama dengan Lily, yaitu keanehan pada fisik mata dan hanya beda warna.
Pernah suatu ketika Lily sedang sendirian. Datanglah tuan Zoya dengan membawa Koran pagi. Duduklah tuan Zoya di sofa yang mahalnya selangit nun elegan itu. Ia berkata hal yang aneh dan semakin membingungkan Lily.’’ Sendirian saja Ly.’’ Sapa Tuan Zoya dengan posisi membaca korannya. Mungkin itu agar Lily mengira Tuan Zoya benar benar membaca Koran.
‘’ Ia Tuan, saya sedang mengerjakan PR Bahasa Inggris.’’ Jawab Lily Polos. Sebagai anak seorang pembantu, Lily menulis Tugasnya dilantai dengan santai namun harus tak terlihat lancing didepan Tuan Zoya yang terhormat itu.
‘’ dimana Faris, biasanya bersamamu.’’ Tanya Tuan Zoya.
‘’ saya tak tahu Tuan. Mungkin sedang kerumah temannya.’’ Jawab Lily.
‘’ Lily, boleh saya bertanya.’’ Tanya tuan Zoya, ia sedikit membungkukkan badannya kearah Lily. Otomatis Lily terduduk dan bersila dilantai.
‘’ Boleh, Apa Tuan.’’ Tanya Lily balik. Alisnya terangkat sebelah. Sebenarnya Lily juga berusaha menjaga tatakramanya didepan sang majikan.
‘’ sejak kapan kau memiliki mata biru Kristal itu? Maaf, saya hanya ingin tahu.’’ Tanya Tuan Zoya. Kimisnya yang tipi situ bergerak oleh kulitnya.
Tubuhnya yang gagah kini sedikit merebah di sofa. Lily masih saja mematung dan menunduk.
‘’ Sejak lahir Tuan.’’ Jawab Lily, jawaban yang dari dulu ia lontarkan kepada semua orang.
Sontak wajah tuan Zoya berkerut seketika, seperti melihat sesuatu yang ganjal dan masih misteri. Lily semakin penasaran dan terheran, dirasakan sebuah ketidak beresan di sini.
‘’ Lily.’’ Panggil Tuan Zoya lagi.’’ Iya Tuan.’’ Jwab Lily. Jawaban yang baru saja dilontarkan.
‘’ sadarkah engkau bahwasannya ada tujuannya kau memiliki mata seperti itu, terlihat aneh namun itu takdir yang harus engkau penuhi.’’ Kini Lily terperanga dan mematung. Ia merasa semakin bodoh dan merasa bingung dengan itu semua.’’ Maksut Tuan Apa, saya jadi tidak mengerti.’’ Bingung Lily. Wajah cantik nun polosnya memancarkan aura indah dari matanya, laksana dinginnya surge dan damainya air.
Kini penasaran itu semakin membuncah dan meletup letup, yaitu apa dan mengapa? Dengan yang dikatan Tuan Zoya.
‘’ Kau harus sadar bahwasannya dunia yang engkau ketahui ini tak Nampak seperti yang kau lihat. Dunia ini luas dan tidak hanya satu. Kau salah satunya, ada alasannya mengapa kau ada didunia ini begitupun dengan saya dan keluarga saya. Sang maha pencipta selalu memiliki alasan untuk menciptakan makhluknya. ‘’
Perkataan Tuan Zoya semakin menyulitkan Lily untuk berfikir jernih. Kali ini ia beranikan diri untuk menanyakan kejanggalan ini semua dan apa yang dimaksut Tuan Zoya. Lily memulai separuh berdiri.’’ Maaf Tuan. Saya tidak tahu dan tak mafhum atas apa yang tuan katakana barusan terhadap saya. Namun bila disudihkannya saya untuk bertanya, mengapa Tuan Zoya melarang siapapun untuk memasuki Labirin dibelakang rumah, bukankah labirin diciptakan untuk bermain. Sebenarnya apakah yang Tuan sembunyikan dan rahasiakan.’’ Tanya Lily. Ia jadi merasa lancang kepada majikannya yang baik hati dan tegas itu. Namun wajah Tuan Zoya terlihat tenang tenang saja.
Lily sesegera mungkin menundukkan kepalanya lanataran malu dan merasa tidak enak. ’’ Ehem.’’ Tawa Tuan Zoya yang suaranya seperti menahan kentut. Namun perlahan expresinya kini mulai rilex dan kembali bersandar di sofa mahalnya itu.’’ Pertanyaan yang bagus, pertanyaan yang jarang aku dengar. Tapi sayang bukan saatnya kuberitahukanmu tentang hal ini. Ini adalah tugasku dan harus aku jaga sampai saatnya tiba. Tugas ini sulit dan amat berat jadi benar benar harus rapi tanpa seorangpun mengetahuinya.’’
Tukas Tuan Zoya dengan tawa kecil. Lagi lagi Lily merasa kesal atas jawaban yang semakin membuat otaknya meletup letup laksana air yang dipanaskan sehingga uapnya berbunyi dan menggerakkan tutup panci.’’ Lebih baik kau fikirkan hal yang lebih sulit dan penting seperti Semestermu.’’ Ujar Tuan Zoya. Lily segera bangun dan meminta permisi.’’ Permisi Tuan.’’
Lily dengan cepat meninggalkan Ruang Tamu itu. Lily menuju dapur dan melihat ibunya sedang sibuk. Adzan Asyar terdengar dari Musollah sebrang sana. Ibunya sibuk sekali memotong wortel untuk makan malam, ia hendak membuat sup ayam, konsentrasi ibunya terpecah lantaran dilihatnya putri semata wayangnya itu cemberut.
‘’ kenapa nduk, kok merengut aja, nanti cantiknya hilang.’’ Hibur Bu Katen.
Lily hanya mematung dan mendekapkan tangannya di kursi biru itu, asab mengepul ngepul dari panci sup. Lily masih saja membisu dan menggigit bibirnya. Kini ibunya semakin khawatir dan takut, takut putri semata wayangnya itu kesurupan atau kesambet entahlah.’’ Ngomong nduk.’’ Suruh Bu Katen.
Lily akhirnya hendak berkalam namun lagi lagi ia beruaha menyembunykannya, badai batin berkata atau tidak membuatnya frustasi. Namun sebuah lampu ide muncul diotaknya. Mungkin akan lebih baik bila kala ibunya tidak mengetahui masalah Lily dan Tuan Zoya tadi siang.
Malam hari telah datang dengan rembulan yang tersenyum senyum dan berbinar binar indah. Keluarga Wolladts dengan nikamt saling berbicara sembari makan malam dengan masakan Bu Katen yang nikmat tiada tara. Suasana ruang makan lumayan ramai lantaran canda tawa Tuan Zoya dan putranya, Faris. Zafrina tidak ada. Ruang makan itu lantaran ia masih di Bali untuk mengais lembaran ilmu.
Sementara itu Lily dan ibunya mendapat porsi makan malam yang terlalu istimewa untuk ukuran pembantu. Bahkan lebih dari sitimewa, karena mereka dipersilahkan makan di ruang makan belakang dengan menu yang Bu Katen buat. Rumah makan yang berada di belakang biasanya dibuat untuk sarapan yang tergesa gesa saja. Tempatnya elegan nun interiornya menawan.
‘’ Bu aku boleh nanya.’’ Tanya Lily sembari menyuapkan nasinya itu.
‘’ ya, apa nduk?’’ Tanya Bu Katen balik. Suasana hangat dalam rumah besar itu terasa disetiap pori pori penghuninya.
‘’ gini Bu, apakah ibu yakin kalau saya ini putrid Ibu.’’ Paksa Lily.
‘’ kok kamu nanyakan itu lagi, pertanyaan yang klise dan berkali kali ibu dengar.’’ Jawabnya.
‘’ maaf Bu, soalnya saya merasa ibu menyembunyikan sesuatu dari saya. Bahkan ibu sering mengalihkan pembicaraan bila kutanya dimana kuburan Ayah, mengapa ayah meninggal dan dimana ayah meninggal.’’ Debut Lily.
‘’ ayahmu meninggal diluar negeri.’’ Jawab Bu Katen.
‘’ iya tapi mengapa beliau meninggal saat aku masih kecil, megapa dia meninggal. Tolong Bu, jangan sembunyikan apa apa dari Lily.’’ Desak Lily.
‘’ Ngomong apa sih nduk. Ibu ini ngomong apa adanya, gak ngawur, ayahmu bekerja diluar negeri dan ibu dapat kabar ia meninggal kemudian jasadnya tak ditemukan sampai sekarang.’’ Jawab Bu Katen.
‘’ lalu mengapa Tuan Zoya berkata bahwa aku ada karena memiliki tujuan, apa itu maksutnya, jangan buat aku semakin bingung.’’ Tanya Lily, ia berhenti menyuap nasi kemulutnya.
‘’ bukannya seharusnya begitu, bukankah istilah itu sudah ada ratusan tahun yang lalu, bahwasannya Tuhan menciptakan makhluknya ada tujuannya.’’ Jawab Bu Katen berusaha menenangkan putrinya.
Namun bukan itu jawaban yang ditunggu Lily, jawaban itu terlalu frmal dan tak membantu apa apa.’’ Bukan itu maksutku, tapi apa tujuannya aku terlahir dan memiliki mata yang berbeda.’’ Tanya Lily.
Bu Katen menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya perlahan jua.’’ Kekurangan dan kelebihan itu pemberian Tuhan, itu bagaimana kitanya yang mengelolah itu smua.’’ Jawab Bu Katen.
Lily sekali lagi menunduk, bila ini diteruskan maka akan terjadi perang batin dan pertengkaran, oleh karena itu Lily segera membungkap dan membisu. Ibunya terdiam pula, mungkin memikirkan hal yang sama.
Malam semakin larut, Lily membenamkan kepalanya dalam selimut, berusaha untuk tenang dan bisa tidur, namun kenyataannya ia sulit untuk tertidur. Kata kata ibunya dan Tuan Zoya sama sama membingungkannya dan juga masih menggema ditelinganya.
Lily berharap bisa tidur dan tenang, karena 3 hari lagi ia akan ujian semester 2. Untung setelah makan malam tadi, dia langsung belajar. Mimpi tak kunjung datang dan matanya masih terjaga, sesekali pintu terbuka lantaran ibunya mengecek putrinya sudah tidur apa belum, tak lupa jua ibunya mengecup lembut kening putrinya itu.’’ Selamat malam sayang, takdir akan memenuhi pertanyaan batinmu.’’ Ujar sang ibu. Bisik yang dari dulu selalu diucapnya ketika Lily hendak tidur ataupun sudah tidur.
Jarum jam menunnjukkan jam 01.00, ibunya keluar dari kamar tanpa suara, kamar Lily sederhana namun karena kekreativan Lily, kamar itu terlihat unik dan penuh warna. Lily terbangun dan mengecek apakah ibunya sudah keluar apa belum. Namun gadis itu mendengar suara dari ruang keluarga yang tertutup kaca. Lily sekejap bangkit dari tempat tidurnya dan mengendap ngendap, dilihatnya diluar kamar, ada orang atau tidak, namun keadaan dirasa aman aman saja.
Lily beriniat menuju ruang keluarga, hampir semua ruangan dimatikan lampunya. Namun dengan gelap Lily bisa mengendap ngendap tanpa diketahui siapapun, nafasnya bergetar. Lily mencondongkan telinganya, ia mendengar sebuah perbincangan dengan suara seperti berbisik namun menggebu gebu.
Lily segera lari dengan pelan menuju tirai hijau dekat jendela, Kini ia berada di Ruang tamu dan tak seorangpun melihatnya. Kini ia membuka matanya lebar lebar, kini terlihatlah sosok yang berbincang bincang itu. Sudah teramat jelas bahwa Lily begitu terkejutnya.
Disana ada Tuan Zoya, Nyonya Irina dan Bu Katen, tunggu dulu, mengapa Bu Katen juga ikut berbincang, bahkan mereka tak seperti majikan dengan pembantu malah lebih tepat dikatakan seperti sahabat karib.
‘’ mengapa kau buat ia semakin penasaran dan kebingungan.’’ Ujar Bu katen kepada Tuan Zoya.
‘’ kau benar benar gegabah.’’ Saut Nyonya Irina dan Bu Katen.
‘’ aku hanya ingin membuatnya merasa lebih baik dan tak merasa aneh itu saja.’’ Jawab Tuan Zoya
‘’ tapi apa kenyataannya, ia justru malah semakin curiga, pantas tadi dia cemberut dan berdebat kecil denganku ketika makan malam.’’ Perbincangan itu begitu membingungkan bagi Lily, bahkan inti pembicaraan itu tak dapat masuk difikiran Lily, perbincangan yang aneh dan rumit.’’ Zoya, kau tahu tugas kita disini bukan?’’ Tanya Nyonya Zafrina.
‘’ bila kau sedikit saja ceroboh, rencana yang sudah kita susun berbelas tahun akan sirnah, dan manusia akan terancam.’’ Lily masih saja terdiam dibalik tirai, Lily berharap semua ini dapat menjadi informasi penting untuknya, meskipun diakui itu teramat membingungkan baginya, namun bila mereka berbincang dimalam yang gelap ketika semua orang sedang tertidur, sudah dapat terkuak bahwasannya ini adalah SEBUAH RAHASIA.
‘’ mulai besok, kau harus bersikap wajar, dan soal Labirinmu, aku harap kau memberinya alas an yang logis.’’ Pinta Bu Katen. Lily bernafas dengan pelan namun bergetar,
Dilihatnya dipundaknya, seekor laba laba hitam gemuk berjalan, mungkin merupakan binatang yang beracun, namun bila Lily bersuara, maka terbongkarlah persembunyiannya dibalik tirai. Lily membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Nafasnya bergetar, ia tak berfikir panjang. Tuan Zoya, Nyonya Irina dan Bu Katen mulai curiga dengan tirai yang gelap nun bergerak gerak.
Lily berfikir lebih baik ia segera lari kembali menuju kamar, sebelum pergi, Lily segera menyentil tubuh laba laba gemuk itu dipundakknya. Sedikit cepat Lily lari dan membenamkan tubuhnya didalam selimut. Tak seorangpun melihatnya, tubuhnya berkeringat deras sekali.
Tak lama pintu kamar terbuka dan Bu Katen datang, langkah kakinya lembut. Sekecup ciuman ditujukan dikening gadis yang tertidur pula situ.’’ Maafkan Ibu nak, Ibu tak ingin kau terlibat dalam hal ini.’’ Ujar Bu Katen yang kini juga tidur disebelah Lily. Lily membuka matanya separuh untuk melihat Ibunya sejenak.’’ Apa yang Ibu dan Keluarga Wolladts sembunyikan dariku?’’ Tanya Lily dalam hati. Batinnya bertanya lebih tinggi laksana elang yang mulai bisa terbang. Rahasia yang terkunci dalam peti peti kebingungan.
Seharusnya hal ini tak menjadi masalah baginya, lantaran Lily seharusnya memikirkan ujiannya. Hatinya selalu berpuisi.
SALJU
Beku nun dingin, putih nun suci
Itulah kau, kau yang selalu buatku menggigil
Kau pula yang membuatku tak bernafas.
Rahasia demi rahasia tersimpan
Bentukmu yang indah
Mengapa warnamu cerah tapi sifatmu dingin
Kau buat hati pilu
Kau buat diriku tersiksa
Mengapa kau mencair bila panas
Mengapa kau biarkan sang lentera kehidupan bunuh keagungannmu
Apakah kau hanya suka bersemayam dalam gelap
Atau lari dari kenyataan siapa dirimu
Sesungguhnya kau itu kuat
Dengan beku nun tajam, nyawa dapat kau ambil
Bila kau mencair kau dapat membunuh lebih banyak sekaligus
Namun mengapa begitu naifnya kau wahai salju?
.......BERSAMBUNG........